Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan hingga saat ini perpanjangan kontrak gas Blok Corridor yang telah berakhir pada 30 September 2023 lalu masih dalam proses. Kementerian ESDM belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut mengenai alokasi volume dan penetapan harga gasnya.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan, saat ini perpanjangan kontrak gas di Blok Corridor masih proses.
“(Volume) tetap, meski ada penurunan produksi (di Blok Corridor) tapi prinsipnya kebijakan, volume, semuanya itu bagian dari operasionalitas saja. Pada intinya tidak ada harga naik,” kata Tutuka ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (16/10).
Meski Tutuka menegaskan tidak memberi restu kenaikan harga gas dari Blok Corridor, pihaknya tetap akan menolong dan mencarikan solusi terbaik bagaimana Medco Energi, selaku operator, tetap menjaga harga gasnya di sana.
Baca Juga: Upayakan Harga Gas di Hulu Tidak Naik, Kementerian ESDM Cari Solusi
Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro menegaskan, alokasi dan harga gas sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah. Sebagai produsen di hulu, pihaknya bertugas memaksimalkan produksi dengan seefisien mungkin.
“Urusan alokasi dan harga, itu adalah urusan pemerintah,” ujarnya ditemui selepas acara Tripatra Sustainable Engineering Summit di Jakarta, Jumat (13/10).
Meski Blok Corridor termasuk ke dalam lapangan gas tua (mature), Hilmi mengemukakan Medco memiliki kelebihan untuk tetap mempertahankan produksi di sana.
“Dan ini sudah kita buktikan berkali-kali, waktu itu ngambil dari Natuna begitu juga di Corridor,” terangnya.
Baca Juga: Perjanjian Jual Beli Gas Akan Habis, Sejumlah KKKS Minta Penyesuaian Harga di Hulu
Selain itu, Hilmi bilang kelebihan Medco lainnya adalah mampu menjaga biaya produksi dari Blok Corridor di mana saat ini berada di bawah US$ 10 per barel setara minyak. Bercermin dari upaya tersebut, Medco yakin bisa terus mempertahankan tingkat produksi setinggi mungkin di Blok Corridor.
Meski Medco sudah berusaha, buktinya dalam data dituturkan Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, produksi gas bumi Blok Corridor diprediksi menyusut di kisaran 400 MMSCFD pada tahun ini dari sebelumnya sekitar 500 MMSCFD di 2022.
“Namun saat ini pun Medco terus berupaya meningkatkan produksi migas dari Blok Corridor,” ujarnya di Gedung Kementerian ESDM, Kamis (12/10).
Seiring dengan penurunan produksi itu, alokasi gas untuk PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) otomatis berkurang. Belum lama ini, Presiden Direktur Perusahaan Gas Negara Arief Setiawan Handoko menyatakan pasokan gas dari Medco melalui Blok Corridor ke PGN menurun dibandingkan tahun lalu.
“Kurang sekitar 8-9 kargo per tahun,” ujarnya dalam Focus Discussion 1 di IPA Convex 2023, Rabu (26/7).
Baca Juga: Dikabarkan Minta Penyesuaian Harga Gas dari Blok Corridor, Ini Jawaban Bos Medco
Adapun untuk menambal defisit itu, PGN mengupayakan dengan mencampurkan gas dari pipa dengan gas alam cair (LNG) di Floating Storage & Regasification Unit (FSRU) Lampung. Usaha ini juga sekaligus untuk mengutilisasi fasilitas regasifikasi terapung tersebut.
Dia khawatir pasokan gas dari Medco yang lebih sedikit dibandingkan tahun lalu ini belum cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan, jika mempertimbangkan pasokan gas dari transmisi South Sumatera to West Java kurang.
Atas dasar tersebut, PGN meminta tambahan volume gas ke pemerintah supaya pasokan gas untuk industri bisa berjalan dengan lancar.
Dirjen Migas ESDM, Tutuka menyatakan hingga saat ini permintaan LNG oleh PGN masih dalam tahap perhitungan. Adapun sumber LNG tersebut tidak bisa dibeberkan dan yang pasti ada banyak sumber yang bisa diupayakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News