kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persediaan beras makin mengkhawatirkan


Senin, 29 Januari 2018 / 11:00 WIB
Persediaan beras makin mengkhawatirkan


Reporter: Abdul Basith | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah untuk menekan harga beras lewat operasi beras belum juga membuahkan hasil. Bahkan keputusan pemerintah untuk menugaskan Perum Bulog mengimpor beras 500.000 ton tetap saja tak dapat membuat harga beras turun sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan.

Hal itu terjadi selain karena belum masuknya beras impor, juga karena stok beras pemerintah memang berkurang drastis. Hal itu terlihat dari stok beras di gudang Bulog pada pekan lalu yang tinggal 800.000 ton. Jumlah itu sudah termasuk beras cadangan pemerintah. Stok akan terus berkurang karena Bulog masih melakukan operasi pasar besar-besaran.

Volume stok beras Bulog sebesar itu cukup mengkhawatirkan, sebab batas aman stok beras di gudang Bulog adalah di atas 1 juta sampai 1,5 juta ton. Akibat penurun stok, saat ini harga beras medium di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) masih bertengger di kisaran Rp 11.000 per kilogram atau jauh di atas HET yang Rp 9.450 per kg.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag) Tjahya Widayanti mengaku pemerintah akan terus melakukan stabilisasi harga beras agar kembali normal sesuai HET. "Tindakan pemerintah saat ini yaitu tetap membanjiri pasar dengan operasi beras milik Bulog dan kami juga memperluas titik penyebaran operasi beras ini," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (28/1).

Namun Tjahya tidak menjelaskan di daerah mana saja pemerintah sudah melakukan operasi pasar termasuk perluasan wilayahnya. Yang pasti, menurutnya, Kemdag dan Bulog akan mencari daerah-daerah yang harga berasnya tinggi dan dengan stok minim.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Karyawan Gunarso mengatakan, sampai saat ini Bulog masih melangsungkan operasi beras di lebih dari 3.000 titik. "Total volume beras yang sudah digelontorkan kurang lebih 200.000 ton," ujarnya.

Panen mulai

Direktur Utama Foodstation Tjipinang Jaya (FSTJ) Arief Prasetyo mengakui kalau harga beras medium di PIBC masih tinggi. Kendati demikian, ia mengklaim dalam beberapa hari terakhir harga beras mulai turun sebesar Rp 200 per kg. "Memang harus diakui sekarang PIBC belum dibanjiri pasokan beras, malah stok kita terus menipis dibandingkan sebelumnya," katanya.

Ia menjelaskan, stok akhir beras di FSTJ berdasarkan data hingga 27 Januari 2018 hanya 24.819 ton. Sementara stok beras bila masa panen tiba diperkirakan oleh Arief dapat mencapai 40.000 ton.

Arief berharap stok beras akan bertambah seiring dengan sudah mulainya panen padi di sejumlah daerah di Pulau Jawa. Meskipun jumlahnya belum signifikan, daerah itu menurut Arief adalah Demak, Kudus, Purwodadi, dan Bojonegoro.

Karena jumlah panen masih belum banyak, lonjakan pasokan beras ke PIBC diperkirakan juga tidak signifikan dalam waktu dekat ini. Apalagi petani masih harus melakukan proses pasca panen agar kualitas beras tetap baik sampai ke konsumen. "Setelah selesai panen, petani masih menjemur, kemudian digiling dan seminggu sampai dua minggu kemudian baru mulai dikirim ke PIBC," jelas Arief.

Arief mengingatkan agar pemerintah menjaga harga beras tidak jatuh ketika panen raya serentak terjadi di semua sentra produksi padi. Hal ini penting agar petani tidak merugi akibat harga beras yang anjlok drastis seperti yang kerap terjadi setiap tahun.

Untuk itu pengadaan mesin pengering di sentra-sentra produksi mendesak dilakukan, sehingga agar kadar air dapat ditekan dan beras dapat disimpan lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×