Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mengumumkan telah melunasi Obligasi Berkelanjutan III Tahap III Seri A senilai Rp 1,28 triliun. ADHI tercatat sebagai salah satu emiten karya yang berhasil melunasi obligasi tepat waktu pada tahun ini.
Sekretaris Perusahaan ADHI, Rozi Sparta, menyebut pelunasan obligasi menurunkan beban utang sekaligus memperkuat posisi tawar di hadapan investor dan pemegang saham.
“Ini bukti komitmen ADHI dalam pengelolaan risiko keuangan dan akuntabilitas perusahaan. Dengan kondisi finansial yang makin solid, kami optimistis dapat menjalankan peran strategis dalam holding BUMN Karya,” ujar Rozi dalam keterangannya, Senin (15/9).
Kondisi finansial yang semakin sehat diyakini menjadi modal penting bagi ADHI dalam peran strategisnya di holding BUMN Karya. Ia menegaskan, status sebagai perusahaan terbuka menjadikan transparansi dan tata kelola bukan beban, melainkan keunggulan.
Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) dan Anak Usaha Kembangkan Hunian TOD untuk Program 3 Juta Rumah
Selain aspek finansial, ADHI juga menampilkan kapasitas teknis melalui proyek strategis seperti LRT Jabodebek dengan inovasi struktur U-shape girder yang meraih rekor MURI. Jalur 44 km dengan 18 stasiun itu bahkan mencatat 118.114 penumpang dalam sehari (1 Juli 2025).
Di bidang keberlanjutan, ADHI mengembangkan proyek ekonomi sirkular, antara lain RDF Plant Bantargebang dan FPLT Medan, yang mengubah limbah menjadi energi sekaligus mengurangi beban TPA. “Pengalaman panjang kami dalam membangun rel, landmark nasional, hingga infrastruktur berkelanjutan menjadi nilai tambah bagi proses integrasi BUMN Karya,” pungkas Rozi.
Pada semester I-2025, ADHI mencatat kinerja solid dengan laba kotor tumbuh 10% di tengah perlambatan industri. Liabilitas yang turun 18,8% pada 2024 kembali menurun 8% secara tahunan pada kuartal II.
Sementara itu, Ketua Institut Studi Transportasi (Instran), Ki Darmaningtyas, menilai kesehatan finansial BUMN Karya krusial untuk menjamin keberlanjutan proyek infrastruktur nasional. “Jika keuangan perusahaan tidak sehat, risiko proyek terhenti di tengah jalan semakin tinggi. Investor pun akan ragu mengucurkan dana,” ujarnya.
Baca Juga: Ini Kata Adhi Karya (ADHI) Soal Progres Merger BUMN Karya
Ia menyoroti penurunan harga saham BUMN Karya yang dinilai sebagai cerminan keraguan pasar. Ia menekankan bahwa solusi nyata terletak pada penguatan tata kelola yang transparan serta adanya dukungan politik dari pemerintah.
Penurunan harga saham disebutnya sebagai tanda hilangnya kepercayaan investor, sehingga BUMN Karya perlu membuktikan laporan keuangan yang bersih sekaligus komitmen terhadap tata kelola yang jelas.
Pengamat transportasi dan perkotaan, Yayat Supriatna, menambahkan bahwa kesehatan finansial bukan sekadar isu internal, tetapi juga berdampak pada kualitas layanan publik. “Proyek infrastruktur besar, khususnya transportasi publik, sangat bergantung pada arus kas yang solid. Jika keuangan terganggu, keberlanjutan layanan publik pun terancam,” jelasnya.
Selanjutnya: Trump Ancam Berlakukan Darurat Nasional di Ibu Kota AS, Ini Pemicunya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News