Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Gas (Pertagas) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) bersinergi membangun pipa gas Duri-Dumai sepanjang 64 kilometer (km) dengan diameter pipa 24 inci. Targetnya, pembangunan proyek akan memakan waktu 11 bulan atau selesai pada bulan Oktober 2018 mendatang.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan, titik awal pembangunan berlokasi di Duri Meter Station pipa Grissik-Duri. Sementara titik akhir di Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai.
Gas yang dialirkan pada ruas pipa nantinya milik Pertamina dan PGN. Sumber gas berasal dari Blok Corriodor (ConocoPhillips), Blok Bentu (Energi Mega Persada), dan Blok Jambi Merang atau joint operating body (JOB) Pertamina-Talisman).
Nilai investasi proyek ini diperkirakan US$ 52,2 juta dan menyerap tenaga kerja hingga 400 orang pada masa konstruksi. "Kerjasama operasi (KSO) pipa gas Duri-Dumai diteken pada 10 November 2017, di Kantor Kementerian BUMN," kata Ego dalam konfrensi pers, Senin (13/11).
Dalam KSO tersebut, Pertagas menguasai 60% saham. Sedangkan sisanya milik emiten berkode PGAS di Bursa Efek Indonesia tersebut. Pembangunan dan pengoperasian pipa gas Duri-Dumai merupakan penugasan kepada PT Pertamina dan PGN melalui Kepmen ESDM No. 5975 K/12/MEM/2016 tanggal 27 Juni 2016.
Kedua pihak lantas menindaklanjuti penugasan tersebut dengan penandatanganan head of agreement (HoA) Pipa Duri-Dumai tanggal 9 Juni 2017. Kemudian pada 27 Juli 2017, PT Pertamina (Persero) mengalihkan HoA tersebut kepada PT Pertagas selaku anak perusahaan.
Ego bilang, pipa Duri-Dumai akan menyalurkan gas untuk kilang Pertamina Dumai, kebutuhan industri di Riau, kebutuhan pelabuhan dan industri petrokimia. Tujuan akhirnya adalah mendorong nilai tambah ekonomi daerah, nasional serta daya saing industri.
Nantinya gas yang mengalir ke kilang Dumai digunakan untuk konversi bahan bakar dari fuel oil menjadi gas sehingga berpotensi meningkatkan kemampuan produksi kilang, dengan kebutuhan gas sebesar 57 juta kaki kubik per hari alias million standard cubic feet per day (mmscfd). "Dan meningkat bertahap hingga 120 mmscfd," terangnya.
Dalam kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Firm Gas Transportation Agreement (FGTA) untuk Duri-Dumai dari Grissik (Sumatra Selatan) ke Duri (Riau) antara PT Transportasi Gas Indonesia dengan PGN. Transportasi Gas Indonesia adalah anak usaha PGN.
Transportasi Gas Indonesia sebagai transporter atau pemilik pipa Grissik-Duri akan mengalirkan gas milik PGN dari titik terima di Grissik, dengan sumber gas dari ConocoPhillips (Blok Corridor) dan titik serah di Duri, untuk proyek Duri-Dumai. Volume gas yang akan ditransportasikan ramp up hingga 37 mmscfd periode Oktober 2018 hingga Desember 2023.
Sementara itu, Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengakui cukup sulit membuat kesepakatan antar kedua Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni Pertamina dan PGN. Ini tidak terlepas dari kompleksitas pembangunan pipa. Apalagi salah satunya merupakan BUMN terbuka. "Tapi sinergi akhirnya terbentuk. Amanat BUMN, mereka harus cari profit, " katanya.
Arcandra mengingatkan, molornya pembangunan pipa yang harusnya selesai semester I-2017, murni karena alasan aspek teknis pembangunan. Jadi tidak ada lagi kepentingan lain selain memperjuangkan kepentingan masyarakat. "Kita tidak ada kepentingan lain. yang kita jaga adalah kepentingan publik. Kalau itu kita jaga, tidak ada yang permasalahkan keputusan kita," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News