Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) terus mengejar pembangunan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan Pertamina berencana melakukan groundbreaking atau pemacangan tiang pertama konstruksi kilang RDMP Balikpapan pada pekan depan.
"Minggu depan baru pemancangan pertama,"ujar Fajriyah kepada Kontan.co.id, Minggu (17/3).
Pembangunan kilang proyek RDMP akan memakan waktu sekitar empat tahun. "Akan diselesaikan dalam waktu 53 bulan," imbuhnya.
Ini berarti proyek RDMP Balikpapan akan mulai beroperasi pada 2023. Sebelum memulai pembangunan kilang RDMP Balikpapan, Pertamina juga telah melaksanakan kegiatan awal seperti pembangunan apartemen, site development, site preparation, relokasi flare kilang Balikpapan I, hingga pembangunan jetty.
Nantinya RDMP Balikpapan akan memproduksi BBM setara Euro 5. Kapasitas Kilang Balikpapan akan bertambah hingga 100.000 barel per hari, atau naik 38% dari sebelumnya 260.000 barel per hari menjadi 360.000 barel per hari.
Untuk pembangunan proyek RDMP Balikpapan, Pertamina membutuhkan dana yang cukup besar. Fajriyah menyebut kontrak pembangunan RDMP Balikpapan mencapai Rp 57,8 triliun dengan kontraktor yang terdiri dari konsorsium SK Engineering & Construction Co. Ltd., Hyundai Engineering Co. Ltd., PT Rekayasa Industri dan PT PP (Persero) Tbk sebagai kontraktor.
Untuk membangun RDMP Balikpapan, Pertamina menjajaki kerjasama pendanaan dengan K-Sure yang merupakan lembaga keuangan asal Korea. Kesepakatan ini ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan CEO K-Sure Lee In Ho di Kantor Pertamina pada Jumat (15/3).
Salah satu proyek yang didanai oleh K-Sure adalah proyek RDMP Balikpapan. Biarpun begitu, kesepakatan ini juga terbuka untuk pendanaan di sejumlah proyek migas, Petrokimia, pembangkit listrik, dan fasilitas lainnya.
Namun Fajriyah belum mau mrnyembut jumlah pendanaan yang akan digelontorkan K-Sure untuk proyek-proyek Pertamina. "Masih dikaji," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News