kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertamina Enggan Kerek Harga Pertalite, Yuk Hitung Harga Keekonomiannya


Rabu, 09 Maret 2022 / 16:24 WIB
Pertamina Enggan Kerek Harga Pertalite, Yuk Hitung Harga Keekonomiannya
ILUSTRASI. Pertamina belum akan menaikkan harga Pertalite


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertamina belum berencana menaikkan harga Pertalite di tengah kenaikan harga minyak mentah. Kebijakan ini dikonfirmasi oleh Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina Irto Ginting.

“Pertalite tidak berubah harga,” kata Irto kepada Kontan.co.id, Rabu (9/3).

Seperti diketahui, harga minyak mentah terus mendidih. Pada Rabu (9/3) pukul 07.00 WIB misalnya, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2022 di New York Mercantile Exchange sempat berada di level US$ 125,32 per barel.

Di tengah tren kenaikan harga minyak mentah itu, harga jual Pertalite, yang memiliki porsi konsumsi 52% dari konsumsi BBM nasional, berada dalam kisaran Rp 7.650 hingga Rp 8.000 per liter, bergantung lokasi.

Dengan harga itu, harga Pertalite yang memiliki real octane number (RON) 90 dan dijual oleh Pertamina ini masih relatif lebih murah jika dibandingkan dengan BBM RON 90 yang dijual oleh sejumlah badan usaha lain.

Bandingkan saja misalnya dengan BP 90 yang dijual di SPBU BP-AKR dengan harga Rp 11.990 per liter ataupun Revvo 90 yang dijual Vivo dengan harga Rp 8.900 per liter.

Baca Juga: Harga BBM Pertalite RON 90 Lebih Murah dari Pesaing

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menduga, harga Pertalite saat ini sebenarnya sudah ideal bagi Pertamina.

“Pastinya harga ini tidak ideal ya bagi Pertamina. Karena memang harganya masih jauh dari keekonomian dan Pertamina harus menanggung selisih harga yang cukup signifikan,” jelas Mamit kepada Kontan.co.id (9/3).

Hitungan Mamit didasarkan pada formula Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 62.K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan/atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.

Mengutip Lampiran Kepmen ESDM No. 62 Tahun 2020, perhitungan harga jual eceran jenis bensin di bawah RON 95 dan jenis Minyak Solar CN 48 dihitung dengan formula Mean of Platts Singapore (MOPS) a atau Argus + Rp 1.800 per liter + Margin (10% dari harga dasar).

MOPS atau Argus sendiri merupakan bagian biaya perolehan atas penyediaan BBM jenis bensin dan minyak solar dari produksi kilang dalam negeri dan/atau impor sampai dengan Terminal Bahan Bakar Minyak.

Mamit menjelaskan, BBM jenis RON 90 didasarkan pada harga publikasi MOPS/Argus jenis Mogas 92 dengan formula 99.21% kali MOPS/argus. Waktu evaluasinya adalah rata-rata publikasi mops/argus periode tanggal 25 pada 2 bulan sebelumnya, sampai tanggal 24 bulan sebelumnya untuk penetapan harga.

Dengan cara perhitungan seperti itu, Mamit menaksir bahwa harga ideal Pertalite sudah mencapai di atas Rp 11.000 per liter.

Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Pengelola SPBU Menaikkan Harga BBM pada Maret 2022

“Taruhlah kita hitung rata-rata mops mogas 92 selama 3 bulan terakhir US$ 80 per barel dan kurs Rp 14.500, maka untuk harga dasar saja sudah di level Rp 9.926 perliter, ditambah PPN 10% dan PBBKB 5% maka itu  saja sudah di Rp 11.415 per liter, belum ditambah margin misalnya 5% saja maka sudah di Rp 11.986 per liternya,” terang Mamit.

Dugaan Mamit, keputusan Pertamina untuk menjaga harga Pertalite didasarkan pada pertimbangan daya beli masyarakat dan besarnya konsumsi masyarakat terhadap produk BBM tersebut.

“(Mungkin) Dikhawatirkan bisa mengganggu daya beli jika ada kenaikan yang cukup tinggi,” ujar Mamit.

Sebelumnya, aspirasi agar harga Pertalite tidak dinaikkan sempat dilontarkan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi bahwa harga Pertalite sebaiknya dijaga agar harganya tidak naik.

“Yang terpenting jenis BBM yang secara masal digunakan masyarakat tidak/belum dinaikkan,” ujar Tulus pekan lalu (3/3) saat ditanyai Kontan.co.id soal kenaikan Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×