Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertamina EP terus berupaya mengoptimalkan kinerja produksi pada Lapangan Sukowati dengan menargetkan konsistensi produksi di atas 10.000 barel per hari (bph) melalui penerapan enchanced oil recovery (EOR).
General Manager Asset 4 Pertamina EP Agus Amperianto mengungkapkan lewat penerapan EOR, produksi Pertamina EP dapat berada di atas 10.000 bph. "Harapan kami di atas 10.000 bph, dengan rate yang sekarang 9.000 bph," jelas Agus di Jakarta, Kamis (5/9).
Agus menambahkan, penerapan EOR dimulai dengan pengeboran dua sumur yakni Sumur I-3 dan Sumur I-5 pada Oktober 2019 dan Januari 2020. Pengeboran ini dilakukan demi memastikan kedalaman sumur yang dapat dicapai untuk proses EOR tanpa mengurangi kemampuan produksi.
Baca Juga: Pertamina EP terapkan Tanjung Polymer Field Trial (TPFT)
Langkah ini juga sebagai upaya injeksi air melalui sumur baru demi mengurangi produksi air yang diklaim semakin meningkat dari sejumlah sumur. "Nah airnya itu yang harus kita injeksi lagi pakai air," jelas Agus.
Agus menambahkan, penanganan langka panjang yang akan dilakukan oleh Pertamina EP yakni melalui injeksi CO2 yang rencananya akan dimulai pada 2021 mendatang. Proyek ini diklaim akan memakan waktu lebih lama sebab Pertamina EP masih perlu mempersiapkan reservoir serta menghindari kemungkinan terganggunya proyek injeksi air yang dilakukan.
"Untuk sumber gas CO2 yang jelas akan berasal dari Jambaran Tiung Biru (JTB)," ungkap Agus.
Baca Juga: Pertamina akan cari mitra untuk mengelola Blok Rokan
Masih menurut Agus, pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Lembaga Minyak dan Gas Bumi dan Japan Petroleum Exploration (Japex) demi mendukung proyek pembangunan pipa yang akan menyalurkan CO2 dari JBT ke Lapangan Sukowati. "Pipa khusus karena CO2, untuk pendanaan bersama antara pemerintah dan Jepang untuk fasilitas surface," sebut Agus.
Sayangnya, Agus enggan membeberkan mengenai dana yang disiapkan. Lebih jauh Agus memastikan, proyek ini ditetapkan sebagai pilot project dengan panjang pipa mencapai 15 kilometer hingga 20 kilometer.
Yang terang, proyek ini merupakan proyek dari pemerintah melalui Kementerian ESDM. Agus menambahkan, ditargetkan pada Februari 2020 mendatang sudah ada yang bisa dipresentasikan oleh Lemigas dan Japex.
Nantinya, proyek pipa ini ditargetkan mampu menginjeksi sekitar 10 mmscfd hingga 15 mmscfd sebagai tahap awal.
Baca Juga: Pertamina segera cari mitra dalam pengelolaan blok migas
Di tengah sejumlah upaya tersebut, Pertamina EP juga tengah melakukan perbaikan sumur produksi melalui cement bonding. "Kemungkinan masih ada bypass oil karena proses cement bonding jelek kali lalu, nah kita tutup ulang untuk tutup airnya," kata Agus.
Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengungkapkan, proses EOR pada lapangan Sukowati termasuk salah satu yang memiliki tingkat kerumitan tinggi. "CO2 yang dihasilkan JTB tidak dilepas ke udara tapi disalurkan ke reservoir milik Sukowati," jelas Dharmawan.
Strategi ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dari Pertamina EP. "Denggan penyaluran CO2 juga akan menurunkan emisi daru Pertsmina EP," tambah Dharmawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News