Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), bagian dari Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina melaporkan kinerja menjelang akhir Semester I Tahun 2025.
Produksi minyak menembus angka sekitar 14.000 barel per hari (BOPD), sementara produksi gas mencapai 105 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Capaian ini melampaui target RKAP dengan realisasi masing-masing sebesar 104% untuk minyak dan 112% untuk gas.
Sr. Manager Production & Project Zona 9 Subholding Upstream Pertamina, Mochamad Fariz menjelaskan, pencapaian positif ini merupakan hasil dari strategi yang dijalankan secara konsisten oleh seluruh jajaran pekerja dan manajemen di Zona 9. Pemanfaatan teknologi mutakhir dan penerapan berbagai inovasi dinilai menjadi kunci utama dalam pencapaian ini.
Baca Juga: Sunindo (SUNI) Menangi Tender Pertamina Hulu Sanga Sanga, Segini Nilainya
“Di PHSS, kami terus berupaya mencari cara-cara baru dalam mengoperasikan lapangan, termasuk implementasi berbagai teknologi yang sesuai karakteristik lapangan,” jelasnya dalam keterangan resmi, Selasa (8/7).
Menurut Fariz, hasil dari sinergi dan konsistensi penerapan inovasi dan teknologi ini berdampak langsung pada peningkatan volume produksi serta peningkatan keekonomian lapangan.
"Alhamdulillah, inovasi dan teknologi tepat guna yang diterapkan berhasil meningkatkan recovery rate dan keekonomian sumur-sumur migas yang ada,” imbuhnya.
Field Manager PHSS, Widhiarto Imam Subarkah menambahkan, salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan produksi ini adalah sinergi yang solid antara perusahaan, pekerja, pemerintah, dan para pemangku kepentingan dalam menjaga kelancaran, keberlanjutan dan keekonomian lapangan-lapangan migas yang dikelola.
“Di PHSS, kami berkolaborasi dengan seluruh pihak terkait untuk melakukan berbagai upaya untuk menjaga kesinambungan dan meningkatkan produksi melalui penerapan beberapa metode pengangkatan minyak dan gas,” ujarnya.
Untuk produksi minyak, menurut Imam, Perusahaan menerapkan teknologi pengangkatan buatan atau artificial lift. Salah satunya adalah penggunaan Permanent Coiled-Tubing Gas Lift (PCTGL), yaitu sistem yang memanfaatkan tekanan gas yang tinggi melalui pipa fleksibel yang dipasang secara permanen di dalam sumur. Teknologi ini membantu proses pengangkatan minyak, terutama di sumur yang tekanan reservoirnya sudah menurun.
Baca Juga: Pertamina Hulu Kalimantan Timur Selesaikan Pengeboran 3 Sumur Migas Lepas Pantai
Tak hanya itu, Perusahaan juga mengimplementasikan teknologi inovatif bernama Thru-Tubing Electric Submersible Pump (TTESP). Ini adalah pompa listrik kecil yang dimasukkan ke dalam sumur melalui pipa tubing yang sudah ada, untuk membantu mengangkat liquid ke permukaan.
Metode ini cukup berhasil untuk sumur tertentu yang kriterianya sesuai dan masih berlanjut evaluasinya agar bisa diaplikasikan ke lebih banyak sumur lagi.
Sedangkan untuk produksi gas, PHSS melakukan reaktivasi sumur gas secara periodik, sumur gas siklis (cyclic wells), sesuai dengan kemampuan tekanan reservoirnya. Apabila tekanan resevoir sudah tidak cukup untuk mengalirkan hidrokarbon maka sumur perlu ditutup lagi beberapa waktu agar tekanan reservoir naik kembali dan kemudian dilakukan reaktivasi lagi.
Selain itu, Perusahaan juga memanfaatkan surfaktan untuk membantu pengangkatan gas dari sumur yang memiliki kriteria tertentu dari sisi potensi gas, adanya kandungan air dalam jumlah tertentu dan tekanan reservoir.
Surfaktan berfungsi seperti sabun yang mengurangi tegangan permukaan antara air dan gas, sehingga gas lebih mudah terlepas dari air dan terangkat ke permukaan. Penggunaan surfaktan ini membantu produksi sumur-sumur gas yang masih memiliki potensi untuk diproduksikan tetapi dengan keterbatasan tekanan reservoir.
Baca Juga: Siapkan Cadangan Migas Jangka Panjang, Begini Strategi Pertamina Hulu Energi (PHE)
Imam menambahkan bahwa upaya PHSS lainnya adalah dengan mengoperasikan kompresor gas yang diletakkan dekat kepala sumur (wellhead compressors).
Kompresor ini berfungsi meningkatkan tekanan agar sumur gas dengan tekanan reservoir yang sudah relatif rendah tetap bisa mengalir dari dalam sumur ke permukaan hingga ke stasiun pengumpul.
Tak hanya itu, Perusahaan juga menggunakan Flared-Gas Recovery Compressors (FGR), yaitu kompresor yang dimanfaatkan untuk mengkompresi gas yang sebelumnya terbuang atau dibakar (flaring) apabila sedang ada program maintenance, agar dapat diproduksikan kembali dan tidak hilang begitu saja.
Selanjutnya: Muamalat Catatkan Transaksi Isi Ulang Uang Elektronik Mencapai 2 Juta Transaksi
Menarik Dibaca: Promo Es Teler 77 dengan BRI 7-11 Juli 2025, Es Teler Cuma Rp 7.700 di Seluruh Outlet
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News