Reporter: Petrus Dabu | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Pertamina memulai proyek pembangunan RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) di Cilacap> Pembangunan RFCC ini bertujuan untuk mengurangi impor BBM dan produk petrokimia.
Project RFCC Cilacap ini diperkirakan dapat beroperasi secara komersial pada akhir 2014. "Untuk merealisasikan proyek ini, Pertamina menginvestasikan dana sebesar US$ 1,4 miliar," ujar Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), M.Harun dalam siaran pers, Rabu (28/12).
Proyek ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi gasoline sebesar 1,9 juta kl per tahun. Selain itu, pembangunan proyek RFCC akan meningkatkan produksi LPG sebanyak 352.000 ton per tahun dan akan memproduksi produk propylene sebesar 142.000 ton per tahun.
Produksi propylene tersebut diharapkan dapat menambah pasokan untuk kebutuhan Petrokimia Industri Plastik domestik yang selama ini bergantung pada diimpor.
RFCC Cilacap juga merupakan bagian dari program Pemerintah yaitu Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) terkait dengan pembangunan infrastruktur energi guna meningkatkan ketahanan energi nasional.
Proyek ini sesuai dengan rencana Pertamina untuk swasembada bahan bakar pada tahun 2018. Saat ini, Pertamina memiliki 6 kilang dengan total kapasitas pengolahan minyak mentah sekitar 1 juta barrel per hari dan memproduksi BBM sejumlah 41 juta kilo liter (kl) per tahun yang terdiri dari: premium sebanyak 12 juta kl, solar 18.3 juta kl, kerosene 7 juta kl, dan avtur 3,3 juta kl.
Sementara itu kebutuhan nasional saat ini telah mencapai 56 juta kl per tahun dan terus meningkat dengan laju konsumsi rata-rata 4% per tahun.
Proyek RFCC yang menggunakan Technology Licensor UOP dan AXENS akan meningkatkan kapasitas Kilang Cilacap sebanyak 62.000 barel per hari. Saat ini total kapasitas intake kilang Pertamina adalah 1 juta barrel per hari.
Dengan dibangunnya RFCC, kilang Cilacap akan dapat memproduksi BBM khususnya bahan bakar ber-oktan tinggi dan memiliki kualitas yang lebih tinggi (EURO IV Spec) serta memperbaiki margin kilang RU IV Cilacap secara keseluruhan.
Proyek ini diperkirakan akan menyerap sekitar 6.000 – 8.000 tenaga kerja dan penggunaan kandungan lokal (TKDN) mencapai 38% dari nilai kontrak EPC (Engineering, Procurement and Construction) atau setara dengan US$ 320 juta.
Dengan nilai kandungan lokal, secara tidak langsung diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat, khususnya di sekitar area proyek RFCC RU IV Cilacap serta mendorong pertumbuhan usaha industri dan manufaktur dalam negeri.
Pertamina ke depan juga akan melakukan investasi pada proyek-proyek antara lain: Proyek Langit Biru Cilacap, Pusat Terminal Minyak Mentah Lawe-Lawe Kapasitas 1 Juta KL, Proyek Refurbishment RU III Plaju dan Proyek Kilang Baru Balongan II (JV KPI) dan Proyek Kilang Baru Jawa Timur (JV Saudi Aramco).
Melalui pelaksanaan proyek-proyek tersebut, Pertamina akan mampu menambah produksi BBM yang sebelumnya 41 juta kl pertahun menjadi 66,7 juta kl per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News