kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertamina-Kalla Grup kaji bangun terminal gas


Senin, 25 April 2016 / 00:16 WIB
Pertamina-Kalla Grup kaji bangun terminal gas


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. PT Pertamina (Persero) telah melakukan pe­nandatanganan Pokok-Pokok Perjanjian (HoA) dengan PT Bumi Sarana Migas (BMS) untuk membangun proyek LNG (Gas Alam Cair) Receiving Terminal Bojonegara wilayah Banten Jawa Barat pada tahun lalu. 

Namun, Pertamina menegaskan masih akan mengkaji kembali rencana kerjasama pembangunan terminal gas tersebut.

VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, saat ini Pertamina memang membutuhkan terminal kilang darat yg besar. Di sisi lain, BSM telah menawarkan kerjasama dengan Pertamina dalam pembangunan terminal regasifikasi LNG.

BSM yang merupakan anak usaha Kalla Grup diklaim Wianda telah memiliki pendanaan dan aset yang cukup untuk membangun terminal regasifikasi. 

Selain itu, BSM juga bekerjasama dengan konsorsium Jepang sehingga diklaim memiliki teknologi dan operasional terminal regasifikasi gas.

Apalagi berdasarkan data Pertamina, sejak tahun 2013 kebutuhan gas di Jawa Barat mengalami defisit hingga 329 mmscfd. Diproyeksi pada tahun 2020 di wilayah Jawa Barat akan mengalami defisit hingga 243 mmscfd.

"Berarti kalau kami mengambil dari sumber yang ada maka perlu terminal darat,"ujar Wianda pada Jumat (22/4).

Namun, Wianda bilang, perseroan masih harus mengevaluasi kerjasama tersebut. "Kami setuju joint study apalagi untuk infrastruktur gas supaya harga gas kompetitif. Kami ditawari tapi juga harus ada syarat-syaratnya,"kata Wianda .

Sejumlah syarat yang perlu dilakukan adalah melakukan detail formal sehingga proyek ini bisa berjalan. Selain itu, Pertamina juga harus menganalisa kebutuhan gas masyarakat.

Wianda juga bilang, harga yang ditawarkan oleh BSM harus bisa lebih kompetitif dari terminal gas milik perseroan di Arun. "Harga toll fee dan regas fee harus kompetitif seperti di Arun. 

Kalau masuk, kami jajaki lebih lanjut. Kalau tidak, kami tidak mau memaksakan diri. Logikanya kalau kapasitasnya besar, harganya pasti kompetitif,"ujar Wianda.

Sampai saat ini, Pertamina dan BSM pun masih terus melakukan negosiasi agar bisa mencapai harga toll fee dan harga regasifikasi gas yang kompetitif. 

Sayangnya Wianda belum mau menyebut besaran harga toll fee dan harga gas hasil regasifikasi yang diinginkan Pertamina seperti di Arun.

"Ada keterikatan business to business regas fee dengan pelaku usaha serta ketentuan BPH migas untuk toll fee yang di Arun," ujar Wianda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×