Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. PT Pertamina tengah mengejar pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Ada dua proyek prioritas yang tengah dikejar pembangunannya pada tahun ini.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan dua proyek prioritas itu adalah PLTP Lumut Balai 1 & 2, PLTP Ulubelu 3 & 4. Progres kedua dari masing-masing pembangkit itu sudah mencapai 72 % dan 94 % hingga semester I tahun ini.
”Pertamina serius dalam mendorong pengembangan energi baru terbarukan,” kata Wianda di Jakarta, Rabu (20/7).
Wianda menjelaskan sejak (15/7) kemarin PLTP Ulubelu unit 3 sudah beroperasi secara komersial. Jadi Pertamina sudah berkontribusi mengaliri listrik ke daerah lampung.
Listrik yang dijual kepada PT PLN seharga US$ Cent 7,4 perkwh dan harga Head of Agreement (HoA) US$ Cent 8,2 perkwh. Saat pembangkit itu selesai akan berkapasitas listrik sebesar 2x55 MW.
Selain tu, Wianda mengatakan pihaknya saat ini juga sudah memetakan hasil produksi listrik dari 11 wilayah kerja (WK) panas bumi yang telah digarap Pertamina. Diharapkan hingga 2030 pertamina sudah bisa memproduksi listrik sebesar 2.742 megawatt.
”Nantinya akan bertahap tiap tahunya akan meningkat 12% sampai target itu tercapai. Tahun ini kapasitas produksi listrik dari energi panas bumi Pertamina baru mencapai 542 megawatt,” kata Wianda.
Sebagai informasi, kesebelas wilayah yang sudah dipetakan oleh Pertamina adalah Kamojang – Darajat, Lahendong, Ulubelu, Gunung Sibayak & Sinabung, Karaha Cakrabuana, Lumutbalai & Marga bayur, Hululais, Sungai Penuh, Seulawah Agam, Gunung Lawu, Kotamoagu, New WKP.
Selain itu, Wianda mengatakan proyek jangka panjang pembangunan PLTP hingga tahun 2030 ini akan memakan biaya investasi mencapai US$ 15,9 miliar atau hampir Rp 200 triliun. "Bertahap nantinya hingga tahun 2030 Pertamina siap mengeluarkan investasi sebesar US$ 15,9 Miliar untuk proyek PLTP ini," kata Wianda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News