kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Pertamina minta penghapusan BBM RON 88 bertahap


Selasa, 23 Desember 2014 / 14:30 WIB
Pertamina minta penghapusan BBM RON 88 bertahap
ILUSTRASI. Daftar Kode Redeem Ragnarok Origin Terbaru Juli 2023, Cek Selengkapnya di Sini


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang memaparkan, perseroan siap mengikuti rekomendasi tim reformasi tata kelola migas, untuk mengganti impor Ron 88 menjadi Ron 92.

Namun Ahmad menegaskan pihaknya tidak siap langsung menghentikan impor Ron 88 yang sudah dipesan sampai akhir tahun.

"Pertamina tidak akan siap jika saat ini BBM Ron 88 (Premium) langsung dihentikan. Pertamina akan siap Penghapusan RON 88 diterapkan secara bertahap," ujar Ahmad dihubungi wartawan, Selasa (23/12).

Ahmad menjelaskan Pertamina saat ini produksi kilang untuk RON 92 hanya 200.000 barel per bulan, sedangkan produksi Naphta lebih dari 3,5 juta barel per bulan.

Naphta harganya murah dan oktannya sekitar 60 sampai dengan 70-an, sehingga harus diblending dengan RON 92 atau lebih agar bisa menjadi Premium.

"Oleh karena itu, Pertamina masih Impor RON 92 atau lebih untuk menjadikan Naphta tersebut menjadi premium," jelas Ahmad.

Ahmad memaparkan jika Ron 88 dihapus, maka harus mengolah lagi Naphta tersebut agar menjadi RON 92 bahkan lebih.

Inilah yang disiapkan Pertamina melalui proses di kilang TPPI di Tuban Jawa Timur serta menyiapkan infrastruktur lainnya seperti tangki dan menyiapkan alat angkutannya berupa kapal.

Jika kilang TPPI sudah operasi penuh, Pertamina bisa memproduksi lebih dari 5 juta barel per bulan RON 92. Ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan sehingga masih perlu impor RON 92.

"Kebutuhan baru bisa diatasi jika RDMP dan kilang GRR telah beroperasi," ungkap Ahmad.

Terkait kilang TPPI, prosesnya diharapkan bisa selesai dalam 3-6 bulan. "Tetapi untuk RDMP dan kilang baru bisa selesai dalam empat sampai enam tahun," kata Ahmad. (Adiatmaputra Fajar Pratama)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×