Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Pertamina sedang mempertimbangkan untuk menjalin hubungan business to business dengan PT Petronas (Malaysia) untuk menjajaki impor. Hal ini dilakukan karena melihat situasi dan kondisi di Timur Tengah sudah tidak kondusif lagi. "Di Malaysia itu mereka (Petronas) konsumsinya lebih kecil daripada produksinya," ujar Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, Kamis (24/2).
Seperti diketahui, selama ini Pertamina selalu impor minyak mentah. Dari kebutuhan sekitar 1 juta barel perhari (bph), Pertamina harus impor minyak mentah sebesar 400.000 bph. Sekitar 200.000 bph, Pertamina mengimpor dari wilayah Timur Tengah.
Pertimbangan lainnya, Pertamina mempertimbangkan untuk mengimpor minyak dari Korea. "Korea memang buffer stocknya itu sekitar 3 bulan, tetapi kan di sana juga mendapat pasokan dari Timur Tengah jadi mungkin juga sulit mendapatkan minyak dari sana," kata Karen.
Sementara itu, Vice President Communication Pertamina, Mochamad Harun mengusulkan kepada pemerintah untuk meminta entitlement KKKS (bagian yang menjadi haknya KKKS) untuk diberikan kepada kilang minyak milik Pertamina. "Tapi itu nanti kalau seandainya terjadi kondisi yang krusial di mana pasokan terhambat. Ini kan juga bisa digunakan sebagai opsi jika kondisi di middle east makin parah," kata Harun.
Harun juga meminta supaya kepada pemerintah untuk menjaga stok bahan bakar minyak (BBM). Menurut Harun, stok bbm Pertamina memang hanya 22 hari untuk menjaga biaya. Pasalnya, jika lebih dari 22 hari maka biaya yang dikeluarkan juga cukup besar. Padahal yang menanggung biaya itu adalah Pertamina sebagai perusahaan.
Sementara itu, berdasarkan catatan dari Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) produksi minyak dan gas bumi per 22 Februari 2011 mencapai 2,45 juta barel ekuivalen minyak per hari. Angka ini melebihi target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar 2,364 juta barel per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News