Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sejumlah praktisi menilai akan ada perubahan tren bisnis di sektor energi masa depan yang dikendalikan oleh pola konsumsi masyarakat. Baik dari pola prilaku cara konsumsi maupun jenis produk yang dikonsumsinya.
Hal ini terungkap dalam diskusi panel bertajuk Market Trends and Consumer Behaviour dalam ajang Pertamina Energy Forum 2019 di Jakarta, Rabu (27/11).
Baca Juga: Transformasi digital Pertamina optimalkan pemeliharaan kilang
Seperti yang disampaikan Jacky Mussry, Deputi Chief Executive Officer Markplus, ketika ia menilai bahwa sektor ekonomi sekarang berhadapan dengan tren pemasaran yang berpusat pada kepuasan konsumen atau Consumer Centric. Hal ini tidak hanya terjadi di sektor ekonomi, namun juga sektor lainnya.
Namun khusus sektor energi, Pertamina sebagai pelaku utama di sektor energi di Indonesia, dinilai telah sigap memainkan perannya bukan saja market driven (dikendalikan pasar), namun sudah market driving (mengendalikan pasar).
“Pertamina masih sangat kuat sebagai institusi untuk men-drive pasar, tidak kalah dengan perusahaan-perusahaan baru. Saat ini merupakan momentum untuk itu, kalau lewat, enggak akan kembali lagi. Jadi Pertamina mempunyai kapabilitas bertransformasi, tapi tetap harus ada kompetensi,” ujar Jacky
Sementara di sisi lain, Head of Chimical Group BASF Indonesia Fahrurrozi mengatakan sektor minyak dan gas ke depan akan lebih menyokong industri petrokimia dibanding industri transportasi.
Baca Juga: Pertamina EP targetkan produksi minyak tembus 85 ribu bph pada 2020
Sejalan dengan perubahan penggunaan energi terbarukan dalam sektor transportasi. Menurutnya, tren industri petrokimia terus meningkat seiring proyeksi peningkatan penggunaan plastik konvensional pada 20-30 tahun ke depan.
Seiring dengan peningkatan permintaan hasil industri petrokimia, permintaan bahan baku di sektor ini akan meningkat hingga 50%. “Permintaan minyak di sektor transportasi akan menurun, karena energi alternatif dan petrokimia akan meningkat. Jadi tidak perlu khawatir,” kata Fahrurrozi.
Pada kesempatan yang sama, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan, pada prinsipnya Pertamina selalu memperhatikan kebutuhan pasar dan pelanggan.
Baca Juga: Garap Blok Migas, Pertamina Mencari Mitra premium
Fajriyah menambahkan bahwa Pertamina menangkap perubahan trend pasar dan prilaku konsumen ini dengan menjalankan sejumlah program digitalisasi di sejumlah lini bisnis.
Mulai dari digitalisasi SPBU untuk kehandalan stok BBM, digitalisais di Kilang untuk meminimalisir unpredictive shutdown hingga loyalty program MyPertamina yang memberikan sejumlah benefit untuk konsumen.
“Kami terus melakukan peningkatan pelayanan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi konsumen. Karena bagaimanapun kepuasan konsumen merupakan salah satu kunci utama dalam kelangsungan bisnis kami” ujarnya.
Baca Juga: Setoran PNBP capai Rp 4,2 triliun, Freeport diganjar penghargaan IMA Award 2019
Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga Wakil Komisaris Utama Pertamina, mengingatkan Pertamina harus tetap menjalankan komitmen antara lain menjaga ketersediaan, terjangkau, dan keberlanjutan. “Energi harus terjangkau untuk semua orang di Indonesia,” kata Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News