Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Pertamina masih ngotot atas rencana akuisisi saham PT Rekayasa Industri (Rekind). Bahkan, Pertamina kini tengah melakukan valuasi nilai yang wajar atas sekitar 60% saham Rekind milik PT Pupuk Indonesia.
Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto mengungkapkan, setelah melakukan valuasi atas aset Rekind, proses akuisisi 60% saham PT Pupuk Indonesia di Rekind ini akan di selesaikan 2015 ini. "Kami sudah melakukan pembicaraan dengan PT Pupuk Indonesia," ungkap Dwi Sutjipto di Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Rabu (1/7).
Saat ini, PT Pupuk Indonesia memiliki 90,06% saham di Rekind, lalu 4,97% saham dimiliki PT Pupuk Kalimantan Timur, dan 4,97% saham dikuasai oleh Pemerintah. Adapun tujuan Pertamina mengakuisisi saham Rekind adalah untuk memanfaatkan kemampuan engineering perusahaan itu untuk mengerjakan proyek milik Pertamina.
Dalam setahun kata Dwi, Pertamina memiliki investasi sebesar Rp 70 triliun, bila ada kerja sama engineering,procurement and construction (EPC) dengan Rekind, maka paling tidak sekitar 10% atau sekitar Rp 7 triliun bisa dikempit dan dikerjakan oleh Rekind. Dengan begitu, Rekind bisa menjadi agen pembangunan karena menyerap banyak tenaga kerja.
Selain itu, kemampuan engineering PT Pertamina juga semakin berkembang. Dampak baiknya, Pertamina tidak hanya memiliki proyek, tetapi juga bisa langsung mengerjakan proyek tersebut dengan kemampuan sendiri.
Rencana sinergi antara Pertamina dan Pupuk Indonesia sebagai induk dari Rekind sudah dituangkan dalam memorandum of understanding yang ditandatangani oleh Dwi Sutjipto dan Direktur Utama Pupuk Indonesia Arifin Tasrif dengan disaksikan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, Rabu (1/7).
Bikin pabrik petrokimia
Selain sepakat bekerja sama dalam kepemilikan portofolio saham di Rekind, PT Pertamina dan Pupuk Indonesia akan menjajaki dan mengkaji rencana pembangunan pabrik Petrokimia berbasis gas dan batubara. Menurut Dwi, lewat kerja sama dengan PT Pupuk Indonesia, Pertamina inign mengincar peluang bisnis untuk mengembangkan hilirisasi minyak dan gas bumi, lewat bisnis petrokimia.
Selain itu, bisnis produksi pupuk sebenarnya merupakan bagian dari industri petrokimia. "Lewat kerja sama ini, kedua belah pihak akan memanfaatkan kekuatan masing-masing. Pertamina sudah lama di hulu, sedangkan Pupuk Indonesia memiliki kemampuan di bisnis pupuk. Banyak hal bisa kami kembangkan," jelas dia.
Dwi menceritakan pada pekan lalu, saat dirinya berkunjung ke Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, ia menemukan adanya kilang metanol yang berhenti beroperasi karena kehabisan pasokan gas. Ia berharap, dengan adanya temuan cadangan gas baru di sekitar pulau Bunyu, kilang metanol itu bisa dihidupkan kembali.
Meski demikian, pembangunan kilang petrokimia oleh PT Pertamina hingga kini masih sebatas dalam kajian . Jika ternyata hasil kajian ini menunjukkan secara bisnis bisa visibel dilaksanakan, maka Pertamina akan segera mengalokasikan besaran investasinya untuk pengembangan bisnis tersebut.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Arifin Tasrif mengungkapkan, pihaknya dan Pertamina akan mengolah bahan-bahan hidrokarbon menjadi produk turunan seperti amonia dan produk rumah tangga lainnya. Selama ini, Indonesia masih mengimpor bahan-bahan Petrokimia dari luar negeri.
Ia berharap, ke depan, dengan adanya pabrik petrokimia di dalam ngeri bisa mengurangi volume impor. "Kami akan bentuk joint working team untuk rencana kerjasama ini," ujar Arifin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News