Reporter: Bernadette Christina Munthe |
SUKABUMI. Kloter pertama sapi bakalan asal Australia pasca penghentian sementara ekspor sapi Negeri Kangguru itu akan segera masuk Agustus ini. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Daging dan Feedlot Indonesia Johny Liano mengatakan rombongan pertama ini akan berjumlah 13.000 ekor sapi dari surat persetujuan pemasukan(SPP)sapi bakalan120.000 ekor pada triwulan ke tiga 2011.
Sapi-sapi bakalan ini akan masuk ke dua feedloter yang sudah selesai diaudit dan telah memenuhi persyaratan animal welfare. Kedua feedloter itu adalah PT Elders Indonesia yang menerima 3000 ekor sapi bakalan dan PT Great Giant Livestock akan mendatangkan 10.000 ekor sapi bakalan pada pertengahan Agustus 2011.
“Audit sedang berjalan, yang sudah selesai baru dua itu. Tetapi nanti sebelum Idul Fitri diperkirakan yang lain akan menyusul karena sudah selesai diaudit,” kata Johny ketika ditemui di sela kunjungan Menteri Pertanian ke Feedloter PT Kariyana Gita Utama di Sukabumi, Kamis(4/8).
Johny mengatakan saat ini di feedloter terdapat 145.000 ekor sapi siap potong untuk kebutuhan pasokan Ramadan dan Idul Fitri. Dari jumlah tersebut, sebanyak 124.000 ekor sapi bakalan impor dan 21.000 ekor sapi lokal.
Penghentian ekspor sapi Australian ke Indonesia rupanya menggembirakan bagi sejumlah pihak. Selain peternak lokal yang diuntungkan karena serapan sapi lokal bertambah, Johny mengatakan harga sapi Australia juga turun hingga 30%.
“Sebelum penghentian kemarin, biasanya kami beli dengan harga US$ 2,7 per kg (hidup) sampai US$ 2,9 per kg. Sekarang cuma sekitar US$ 1,9 per kg (hidup),” kata Johny.
Menteri Pertanian Suswono menyuruh para importir sapi bakalan untuk menghabiskan SPP mereka pada periode Agustus dan September ini agar pasokan cukup dan harga daging sapi tidak melonjak. Namun Suswini mengingatkan agar pengusaha yang memiliki SPP tetapi tidak menggunakan untuk impor segera dicabut SPP-nya agar tidak terjadi praktek jual beli SPP.
“Untuk kebutuhan Oktober sampai Desember nanti kita hitung lagi kalau ada kekurangan. Sekarang silakan habiskan SPP sampai September, tetapi kalau ada broker SPP, segera cabut SPP-nya karena lebih baik keuntungan untuk peternak daripada broker,” kata Suswono dalam acara yang sama.
Direktur Jenderal Prabowo Respatyo Caturroso sebelumnya mengatakan ada informasi bahwa Australia akan membatasi kiriman sapi bakalan menjadi 100.000 ekor hingga akhir tahun dengan pertimbangan kemampuan serapan rumah pemotongan hewan(RPH) yang telah memenuhi standar animal welfare. Namun Johny tak khawatir jika hal tersebut terjadi.
“Kalau seperti saya pengusaha, lubang yang satu ditutup, tinggal cari lubang yang lain. Ada alternatif dari negara lain seperti Amerika yang bebas dari penyakit kuku dan mulut. Memang lebih mahal, tetapi daripada usaha tidak berjalan,” kata Johny.
Dia mengakui sapi bakalan lokal bisa menjadi alternatif meskipun dari segi produktivitas jauh lebih rendah. Johny mengatakan rata-rata penambahan berat badan sapi lokal per hari hanya 0,7 kg sampai 1 kg, sementara penambahan berat sapi bakalan eks Australia bisa mencapai 1,5 kg hingga 2 kg per hari dengan jumlah pasokan pangan yang sama.
PT Kariyana Gita Utama mengatakan saat ini 70% sapi mereka memilih menggunakan bibit sapi lokal karena perbaikan teknologi pangan membuat penambahan berat sapi lokal bisa naik menjadi 0,9 kg hingga 1 kg per hari. Apalagi harga bibit sapi lokal lebih murah, Rp 24.000 per kg hidup dibandingkan sapi impor yang mencapai Rp 29.000 per kg hidup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News