Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pertambangan batubara dalam hal ini Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) tengah melakukan evaluasi untuk menambahkan jumlah produksi batubara sebanyak 10% pada semester II tahun ini.
Penambahan produksi 10% itu sebagai langkah pemerintah memberikan insentif lantaran para PKP2B telah melaksanakan kewajibannya mensuplai batubara dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) dengan harga yang dipatok US$ 70 per ton.
Salah satunya, PT Arutmin Indonesia yang menargetkan produksi tahun 2018 ini sebesar 28,8 juta ton. Berarti, 25% yang wajib disuplai kepada PT PLN sebesar 7,2 juta ton. CEO Arutmin, Ido Hotna Hutabarat mengatakan, saat ini realisasi DMO batubara untuk PLN sebesar 3,2 juta ton.
Atas dasar komitmen itu, ada kemungkinan pihaknya akan menambah produksi 10% pada kuartal IV tahun 2018. Ido bilang, ia sedang mereview kemungkinan itu sampai pada bulan Juni nanti. "Karena tergantung dari alat-alat ada atau tidak. Ada kemungkinan diambil. Ya mungkin kalaupun itu ada tambahannya mulai kuartal IV lah ya," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (27/5).
Direktur Utama PT Kideco Jaya Agung juga menargetkan akan menambah produksi 10%. Namun saat ini pihaknya masih terus mereview serta mendiskusikan hal itu kepada pihak terkait.
Ia bilang, penambahan produksi tentunya ada skala prosedurnya, lantaran itu berkenaan dengan operasional pertambangan. "Jadi tidak sesederhana untuk langsung menambahkan produksi juga. Mekanismenya kita sedang diskusikan seperti apa," tandasnya.
Seperti diketahui, Kideco Jaya Agung pada tahun 2018 menargetkan produksi batubara sampai 32 juta ton. Sementara porsi 25% atau sebanyak 8 juta ton akan diberikan kepada PLN.
"Kami sudah menjual ke domestik 32% atau di atas kewajiban DMO," tandasnya.
Sementara, Direktur PT Adaro Energy, Lie Luckman mengatakan bahwa untuk penambahan produksi 10% itu para perusahaan pertambangan batubara harus mengajukan revisi Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) tahunan. Hanya saja, saat ini Adaro belum ada rencana untuk mengambil insentif yang diberikan oleh Kementerian ESDM itu.
"Sampai saat ini sih belum ada rencana untuk mengajukan itu," ungkapnya.
Adapun saat ini, sesuai dengan RKAB produksi 2018 yaitu sebesar 50 juta ton. Artinya jika dihitung sebesar 25% maka DMO tahun ini jatuh sekitar 12,5 juta ton. Sesuai dengan rencana produksi Januari-April 2018, rencana produksi Adaro 14,1 juta ton dengan porsi 25% mencapai 3,5 juta ton.
"Pemenuhan DMO Januari-April sudah 4,1 juta ton sehingga sekitar 580 metrik ton lebih tinggi dari rencana," ungkapnya.
Lie merinci, sejauh ini ada sekitar delapan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang disuplai dari batubara milik Adaro, yaitu Cirebon electric power, General Energy Bali, Paiton Power Plant 3, 7, 8, Jawa Power, PJD, Indonesia Power dan Jeneponto PP.
"Selalu ada koordinasi dengan seluruh PLTU, sudah kami penuhi semua dari permintaan bahkan lebih tinggi dari yang diminta," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News