Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia mengungkapkan, sampai dengan kuartal III-2020 total penyerapan ruang sewa perkantoran mencapai 12.200 meter persegi dengan hampir setengah diantaranya diserap perusahaan berbasis teknologi.
James Taylor, Head of Research JLL Indonesia mengatakan, harga sewa untuk bangunan kelas A masih mengalami penurunan sebesar 0,5% di kuartal III 2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Sementara di sektor ritel, tingkat hunian mengalami sedikit penurunan dibandingkan kuartal II 2020 dan berada di level 88%. Sebagian penyewa memilih untuk tidak beroperasi untuk sementara selama pengetatan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada pertengahan bulan September 2020. Baik pemilik gedung maupun penyewa bekerjasama dalam mengurangi dampak pandemi terhadap bisnis mereka.
"Pasokan mal baru di masa yang akan datang diperkirakan bertambah sebesar 360 ribu meter persegi dan beberapa diantaranya diperkirakan akan beroperasi di akhir tahun 2020 dan sepanjang 2021," ujar James dalam keterangan tertulis, Jumat (16/10).
Baca Juga: Sewa ruang kantor di masa pandemi rendah, Capri Nusa (CPRI): Terhalang PSBB dan WFH
Di sektor kondominium, tingkat penjualan kondominium berada di level 62% tanpa ada pasokan baru yang diluncurkan di pasaran. Penyerapan melemah dikarenakan umumnya permintaan di sektor ini didominasi oleh para pembeli yang bertujuan untuk berinvestasi, namun kini mereka lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
Angela Wibawa, Head of Markets JLL Indonesia menyebutkan, tidak ada penambahan pasokan baru di kawasan CBD pada triwulan III 2020 menyebabkan tingkat hunian cenderung stabil di angka 74%.
"Penyerapan di triwulan III 2020 didominasi oleh perpindahan penyewa dari gedung grade B ke gedung grade A. Untuk kawasan Non CBD, terdapat satu gedung perkantoran baru yang selesai dibangun di Jakarta Utara sebesar 20,000 meter persegi. Tingkat hunian di Kawasan Non CBD juga masih stabil di angka 77%,” ungkap Angela.
Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto menambahkan, secara umum, tidak banyak perubahan pada triwulan III 2020 dibandingkan triwulan sebelumnya. Tidak ada pasokan kondominium baru yang diluncurkan dan mayoritas pengembang masih mengadopsi strategi pemasaran baru yaitu menggunakan teknologi digital, seperti tur virtual, media sosial, webinar, dan lain-lain.
"Kami melihat beberapa pengembang lokal maupun asing mulai aktif melirik potensi proyek di titik-titik transit seperti Commuter Line, LRT dan MRT,” katanya.
Sementara Country Head JLL Indonesia James Allan menyebut, sektor logistik dan perumahan tapak tetap menjadi sektor yang diminati para pengembang lokal dan internasional di Indonesia mengingat besarnya peluang dari sisi sosial-ekonomi negara ini.
Menurutnya, pengembangan pusat-pusat data (data centres) juga menjadi sektor baru yang ingin diketahui oleh operator serta pengembang. "Kolaborasi antara pengembang lokal dan asing aktif terlihat dari peluncuran rumah tapak di wilayah Jabodetabek sepanjang tahun ini," ujar James.
Sebagai informasi, Jones Lang LaSalle Incorporated (JLL) merupakan perusahaan layanan profesional terkemuka yang memiliki spesialisasi dalam manajemen real estate dan investasi. JLL membentuk masa depan properti demi mewujudkan dunia yang lebih baik dengan menggunakan teknologi terbaru untuk menciptakan banyak kesempatan bisnis, merancang tempat yang luar biasa, serta memberikan solusi properti yang ramah lingkungan dan berkesinambungan bagi pengguna jasa, karyawan dan lingkungan sekitar.
JLL termasuk dalam perusahaan Fortune 500 dengan pendapatan tahunan US$ 18.0 miliar di tahun 2019, beroperasi di lebih dari 80 negara dengan tenaga kerja global mencapai hampir 93.000 pekerja per 30 Juni 2020.
Selanjutnya: Intiland: Belum ada penyewa properti perkantoran baru yang masuk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News