kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan Besar Mulai Serius Garap Rokok Elektronik, Pasar Vape Bakal Semakin Ramai


Minggu, 22 Mei 2022 / 16:22 WIB
Perusahaan Besar Mulai Serius Garap Rokok Elektronik, Pasar Vape Bakal Semakin Ramai
ILUSTRASI. Penggemar rokok elektrik atau Vape. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) mengakui saat ini sudah ada beberapa perusahaan rokok besar yang makin serius menggarap bisnis vape di Indonesia. Selain itu, produsen vape asal China juga akan membangun pabrik di Tanah Air.  

Ketua Umum Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto mengatakan pada tiga tahun belakangan, banyak perusahaan besar yang mulai memasuki pasar rokok elektrik Tanah Air. Hal ini membuat persaingan di dalam industri vape semakin ramai dan ketat. 

“Perusahaan besar tersebut melirik pasar Indonesia karena melihat potensi pasar yang besar yakni 80 juta perokok dan sudah ada regulasi yang cukup mendukung industrinya,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (22/5). 

Baca Juga: Asosiasi: Produk Tembakau Alternatif Bukan Untuk Anak di Bawah 18 Tahun

Saat ini alat vape di Indonesia masih 95% diimpor. Aryo memaparkan, setelah Pemerintah China menerapkan aturan ketat pada produsen vape di sana, beberapa pabrikan China pun berencana untuk ekspansi ke Indonesia. 

Aryo bilang, di tahun ini sudah ada produsen vape dari China yang akan membangun pabriknya di Indonesia. Dia mengungkapkan pabrik dari China ini akan didirikan di Batam, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Namun sayang, dia belum bisa memerinci perusahaan apa yang akan masuk tersebut berikut potensi nilai investasinya. 

Bagi APVI, ekspansi pabrik China ke Indonesia merupakan kemajuan besar untuk industri vape dalam negeri. “Dengan masuknya produsen China, berarti pasar Indonesia diminati oleh dunia. Bahwa potensi pasarnya sudah diakui,” kata Aryo. 

Tak hanya produsen China, sejumlah perusahaan rokok besar yang sudah lama berbisnis di Tanah Air juga mulai serius menggarap bisnis rokok elektrik. Aryo mengakui, asosiasi sering berdiskusi dengan perusahaan rokok seperti Phillip Morris dan juga British American Tobacco (BAT) yang diakuinya hampir semua berencana masuk ke industri rokok elektrik. Aryo menegaskan pihaknya siap untuk mendukung. 

Sebelumnya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) telah mengumumkan rencana investasinya yang senilai US$ 166,1 juta atau sekitar Rp 2,37 triliun untuk membangun fasilitas produksi batang tembakau IQOS dengan merek HEETS di Karawang, Jawa Barat. Pabrik ini direncanakan akan mulai beroperasi pada kuartal IV 2022 untuk memenuhi permintaan pasar Indonesia, sekaligus untuk pasar ekspor di kawasan Asia Pasifik. 

Selain HM Sampoerna, kabarnya PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) berencana membangun pabrik alat vape berkongsi dengan investor asal China. Namun sampai berita ini diturunkan, manajemen RMBA belum bisa memberikan keterangan lebih rinci. 

Baca Juga: Tarif Cukai dan Harga Jual Rokok Elektrik Naik

Melansir laman resminya, Bentoel Group sudah pernah meluncurkan Vype, rokok elektronik pada 2013. Selain itu, Bentoel Group juga sedang mempersiapkan peluncuran produk inhalasi nikotin, serta perangkat pemanas tembakau yang diklaim inovatif. 

“Di industri vape ini peluang pasarnya masih terbuka sangat lebar. Kami ingin perokok yang masih merokok konvensional beralih ke rokok elektrik. Dengan adanya 80 juta perokok di Indonesia, kami perlu berdampingan oleh perusahaan besar untuk mengembangkan pasar dan membuat regulasi yang lebih baik lagi ke depannya,” kata Aryo. 

Saat ini, pengguna rokok elektrik diakui Aryo terus bertambah. Dia bilang target pengguna sebanyak 2 juta orang dari sebelumnya 800.000 hingga 1,2 juta orang. Peningkatan pengguna rokok elektik ini juga tercermin dari kontribusi vape ke cukai terus meningkat. 

Selama pandemi pada 2020-2021, industri vape diakui jadi agak melempem. Namun, di 2022 saat kondisi terus membaik, kenaikan permintaan vape mulai kembali terasa. “Hampir semua produsen meraskaan hal yang sama, yakni ada kenaikan produksi. Kami yakin di akhir 2022 dengan target yang diberikan Bea Cukai ke kami yakni kontribusinya hingga Rp 1 triliun dapar dicapai,” tegasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×