Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri keamanan siber di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang lebih agresif. Kebutuhan terhadap perlindungan digital terus meningkat mendorong banyak perusahaan teknologi, baik lokal maupun global, berlomba menghadirkan solusi keamanan yang canggih dan adaptif.
Ekspansi sejumlah perusahaan lokal seperti PT Astra Graphia Tbk (ASGR), RDS Group, dan PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) menjadi indikator meningkatnya potensi bisnis di sektor ini.
ASGR melalui Astra Graphia Information Technology saat ini tengah menggarap proyek kerja sama dengan Hewlett Packard Enterprise (HPE) dan Equinix Inc untuk menawarkan solusi private cloud berbasis kecerdasan buatan (AI).
Sementara itu, RDS Group melalui RDS System Integration (BION) mengusung strategi Zero Trust dengan pendekatan keamanan yang adaptif dan preventif.
Kemudian, MTDL melalui Synnex Metrodata Indonesia (SMI) menghadirkan kemitraan dengan Sangfor Technologies untuk menyediakan solusi keamanan dan cloud terjangkau bagi korporasi menengah.
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha menilai ekspansi perusahaan-perusahaan ini menunjukkan bahwa keamanan siber kini bukan lagi sekadar pelengkap infrastruktur IT, melainkan fondasi utama bagi transformasi digital nasional.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Astra Graphia (ASGR) Naik di Semester I-2025
“Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran perusahaan dan institusi publik terhadap ancaman siber yang kian kompleks, mulai dari ransomware, kebocoran data, hingga serangan berbasis kecerdasan buatan,” jelas Pratama kepada Kontan, Minggu (19/10/2025).
Sayangnya, ia bilang pasar keamanan siber nasional masih didominasi oleh pemain global seperti Palo Alto Networks, Cisco, Fortinet, dan Check Point. Keunggulan riset, sertifikasi internasional, serta ekosistem produk yang matang menjadikan perusahaan asing tetap kuat di segmen korporasi besar.
Namun, Pratama menilai perusahaan lokal bakal mampu bersaing berkat fleksibilitas layanan, pemahaman terhadap regulasi Indonesia, serta dukungan purna jual yang lebih cepat. Pemahaman terhadap ketentuan pelokalan data dan sertifikasi keamanan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) juga menjadi nilai tambah bagi pemain lokal.
Dalam konteks geopolitik digital, isu kedaulatan data mendorong pemerintah untuk memprioritaskan penggunaan solusi dalam negeri. Kebijakan ini membuka peluang besar bagi ekosistem keamanan siber nasional tumbuh melalui kemitraan strategis dan riset bersama.
Menurut Pratama, kolaborasi publik-swasta menjadi kunci agar solusi lokal dapat bersaing dengan produk global, tanpa mengorbankan standar keamanan dan efisiensi.
Prospek dan Tantangan
Dari sisi permintaan, sektor keuangan, energi, telekomunikasi, dan pemerintahan dinilai menjadi pasar paling potensial.
Industri perbankan dan fintech menjadi yang paling agresif memperkuat sistem pertahanannya, mengingat tingginya risiko serangan terhadap data transaksi. Sementara itu, sektor energi dan utilitas mulai memperkuat sistem keamanan industri yang terhubung dengan Internet of Things (IoT) dan SCADA.
Baca Juga: Astra Graphia (ASGR) Luncurkan Printer Produksi Baru, Sasar Industri Kreatif dan UMKM
Pemerintah pun kini meningkatkan pengamanan data publik setelah maraknya kasus kebocoran data di lembaga negara. Ke depan, Pratama memprediksi sektor pendidikan dan kesehatan juga bakal meningkatkan investasi keamanan digital seiring percepatan digitalisasi layanan publik.
Meski peluang pertumbuhan terbuka lebar, Pratama menilai industri keamanan siber dihadapkan pada sejumlah tantangan besar.
Kekurangan tenaga ahli menjadi salah satu hambatan utama, mengingat data BSSN menunjukkan Indonesia membutuhkan lebih dari 200 ribu profesional keamanan siber dalam lima tahun mendatang untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Selain itu, kesadaran pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) terhadap pentingnya keamanan digital masih rendah, meski segmen ini menyumbang lebih dari 90% aktivitas ekonomi nasional.
Kendati demikian, menurut Pratama prospek industri ini tetap menjanjikan. Lonjakan transformasi digital, penerapan AI di berbagai sektor, serta meningkatnya adopsi cloud menjadikan keamanan siber sebagai kebutuhan strategis jangka panjang.
Ia bilang pemain yang mampu menggabungkan pendekatan Zero Trust, analitik berbasis AI, dan model keamanan hibrida akan menjadi pemimpin pasar di masa depan.
Namun di luar itu, dukungan pemerintah dalam bentuk sertifikasi produk, kemitraan riset, dan insentif bagi start-up keamanan siber turut diharapkan mampu menciptakan ekosistem industri yang lebih kuat dan kompetitif.
Baca Juga: Hadirkan Privat Cloud Berbasis AI, Astra Graphia (ASGR) Gandeng HPE dan Equinix
Selanjutnya: Ini Kata Pengamat Soal Porsi Pembiayaan Fintech Lending ke Produktif Menyusut
Menarik Dibaca: Simak Yuk Cara Bijak Mengolah Makanan agar Tak Terbuang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News