kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,27   -23,45   -2.53%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pesawat turbulensi, jalur penerbangan bisa diubah


Senin, 09 Mei 2016 / 16:57 WIB
Pesawat turbulensi, jalur penerbangan bisa diubah


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membuka peluang mengubah sejumlah jalur penerbangan.

Hal itu menyusul terjadinya turbulensi hebat dua maskapai yakni Etihad Airways EY-474 dan Hong Kong Airlines CRX-6704/ HX-6704 pada pekan lalu.

"Kemenhub (bisa) membuat jalur baru jika ada CAT (Clear Air Tubulence) atas info dari Pilot," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Suprasetyo kepada Kompas.com, Jakarta, Senin (9/5/2016).

Meski begitu, Kemenhub tidak begitu saja mengubah jalur penerbangan. Sebab hal itu menunggu laporan atau info dari para pilot terkait jalur mana saja yang sering terjadi turbulensi hebat.

Seperti diketahui, Etihad Airways EY-474 dan Hong Kong Airlines CRX-6704/ HX-6704 pada pekan lalu. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), turbulansi hebat yang dialami dua pesawat tesebut disebabkan faktor cuaca.

"Kombinasi dari gelombang dekat Pegununngan Bukit Barisan di Sumatera bagian selatan dan Awan CB (Cumulonimbus) di sekitar jalur penerbangan EY-474," tulis BMKG dalam situsnya.

Sementara dalam kasus Kong Airlines CRX-6704/ HX-6704, BMKG mengungkapkan bahwa turbulensi diindikasikan akibat peningkatan perbedaan kecepatan angin.

“Hal ini menyebabkan perbedaan arah dan kecepatan angin yang besar yang berpotensi pada kejadian turbulensi,” tulis BMKG.

Saat dihubungi Kompas.com, Kapala Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan dan Maritim BMKG Syamsul Huda mengungkapkan, langit Indonesia sedang ditumbuhi awan vertikal yang bisa menimbulkan turbulensi pesawat.

"Banyak pertumbuhan awan vertikal cumulus (Cu), cumulonimbus (Cb)," kata Syamsul Huda.

Menurut Syamsul, pertumbuhan awan Cu dan Cb tidak hanya terjadi di wilayah Sumatera atau Kalimantan saja, namun terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini tidak terlepas lantaran periode pancaroba atau peralihan musim. (Penulis: Yoga Sukmana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×