Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga referensi biji kakao periode Oktober meningkat 5.23% atau sebesar US$183,16 dari bulan sebelumnya. Pada periode ini, harga referensi biji kakao sebesar US$ 3.622,88/MT.
Naiknya harga kakao ini berdampak pada peningkatan Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao pada Oktober 2023 menjadi US$ 3.307/MT, naik sebesar US$ 178 atau 5,7% dari periode sebelumnya.
Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Arief Zamroni mengatakan, harga kakao memang sudah lama naik pada kelas artisan. Akibat kakao artisan naik, supply dan demand menjadi kacau dan akhirnya kakao dengan jenis komoditi pun ikut naik. Tidak hanya itu, anomali cuaca juga ikut berpengaruh terhadap kenaikan harga kakao.
Baca Juga: Harga Kakao Melambung Tinggi, Bagaimana Dampaknya Bagi Indonesia?
"Dasar kenaikan itu sebenarnya normal, sih, hukum alam. Supply dan demand minus, itu satu. Kedua adalah, kan hari ini sedang anomali cuaca. Cuaca di mana-mana extreme, sehingga panen kakao di Indonesia jatuh, bahkan tidak hanya di Indonesia, di dunia juga produktivitasnya turun" tutur Arief kepada Kontan.co.id, Jumat (27/10).
Di tengah naiknya harga kakao, justru petani di Indonesia diuntungkan. Menurut Arief, saat ini terdapat tiga pasar yang saat ini sedang terbuka. Pertama adalah pasar komoditas pabrikan industri dalam negeri, kedua permintaan ekspor yang direct kepada petani, ketiga artisan.
"Pertama adalah pasar komoditas pabrikan industri dalam negeri yang biasanya ada. Kedua ekspor ini juga sudah mulai permintaannya banyak, direct langsung ke beberapa titik itu mulai naik, walaupun belum signifikan. Ketiga adalah artisan, artisan ini cukup besar kenaikannya" ungkap Arief.
Akan tetapi, Arief menyayangkan naiknya harga kakao ini tidak dibarengi dengan penggiat kakao yang masif. Saat ini, penggiat kakao di Indonesia sedang turun dan tidak ada pengawalan dari pemerintah mengenai program kakao.
"Kalau ini (kakao) terkawal kayak beras dulu, wah Indonesia jaya banget sekarang" ucap Arief.
Baca Juga: Harga Kakao Melejit, Harga Makanan Minuman Ikut Naik?
Arief juga menuturkan, saat ini, pasar ekspor kakao sangat menjanjikan. Permintaan ekspor saat ini mulai banyak direct kepada ke petani langsung dan trader atau pengepul. Ekspor kakao ini juga menargetkan banyak negara, di antaranya Jepang, Prancis, Singapura, Amerika, dan lain-lain.
"Sangat menjanjikan, saya tidak tahu ya ini ekspor artisan atau ekspor biasa, tetapi yang jelas permintaan ekspor hari ini mulai banyak, direct. (Di antaranya) Sulawesi Tengah ke Jepang karena sudah ada MoU-nya, Bali ada juga yang ke Prancis, kemudian banyak juga yang ke Singapura, banyak juga yang mulai ke Amerika" jelas Arief.
Saat ini, harga kakao non fermentasi dapat tembus di angka Rp. 45.000 per kilogram (kg) di petani lepas. Arief perkirakan kenaikan harga ini tergantung dengan anomali iklim dan cuaca. Akan tetapi, biasanya, harga kakao akan drop pada bulan Desember hingga Februari. Hal ini karena semua pabrik tutup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News