kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Petani gagap gunakan alat mesin pertanian hibah dari Kemtan


Minggu, 09 Desember 2018 / 14:59 WIB
 Petani gagap gunakan alat mesin pertanian hibah dari Kemtan
ILUSTRASI.


Reporter: Denita BR Matondang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Petani masih gagap memakai alat mesin pertanian (alsinta) dari Kementerian Pertanian (Kemtan). Tujuan pemerintah agar biaya operasional ringan, meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani masih jadi angan-angan.

Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santoso mengatakan, memang alsinta bukan faktor utama pendorong produksi pertanian. Faktor produksi lebih dominan dipengaruhi benih, pupuk, pengendalian, irigasi. Alsinta berfungsi menambah efisiensi usaha tani. Namun, efisiensi ini tak dirasakan petani.

Ada tiga faktor utama minim ketersediaan alsinta ini. Pertama, sebagian besar petani tidak bisa mengoperasikan alsinta.

Kedua, pemakaian alsinta hanya dikuasi satu orang atau kelompok tertentu. ketiga, kondisi lahan tidak sesuai dengan alsinta yang diberikan Kementan.

“Jadinya, petani khususnya di Jawa lebih memilih menggunakan jasa operator. Di Pulau Jawa itu, sebagian besar alsinta itu malah di gudang,” ujar Dwi.

Dwi menggambarkan, biasanya untuk Pulau Jawa biaya produksi padi per 1 hektare (ha) sebesar sekitar Rp 21 juta, kedelai sekitar Rp 7 juta. Sedangkan biaya jasa operator pengelolan lahan sawah per 1 ha sebesar Rp 1,2 juta. “Jumlah biaya yang ditekan memang cukup besar, tapi kalau tidak bisa dipakai kan sama saja tak berpengaruh pada petani,” imbuh Dwi.

Menanggapi hal itu, Togi Hutabarat, selaku Kepala Seksi Perkebunan dan Peternakan Subdit Penyediaan Alsinta, mengatakan, pihaknya telah mengevaluasi setidaknya tiga bulan sekali untuk mengoptimalkan pemakaian alsinta. “Tim kami juga keliling setiap hari untuk memantau optimalisasi alsinta,” kata Togi.

Asal tahu saja, berdasarkan data Direktur Alsinta Kementan Andi Nur Alamsyah, tahun 2018, Kementan memberi bujet sebesar Rp 2,81 trilun untuk membeli 70.839 unit alsinta yang berfokus pada subsektor padi, jagung dan kedelai. Per November 2018, anggaran dan target sudah terealisasi sebesar 98%.

Artinya, sekitar 2,75 triliun dana sudah dirogoh untuk alokasi total 69.196 unit alsinta kepada 69.196 kelompok tani dengan luas lahan sekitar 500 ha. Tahun lalu, ada sebanyak 84.356 unit alsinta yang dialokasikan.

Berdasarkan database Kementan impor beras dari Januari hingga September tahun 2018 mencapai 1,73 juta ton, jagung 770.000 ton, dan kedelai 5,4 juta ton. Sedangkan jumlah impor beras sepanjang tahun 2017 mencapai 127.000 ton, jagung 638.000 ton, dan kedelai 7,1 juta ton. Artinya, dalam dua tahun terakhir tingkat impor pangan naik tajam terutama pada beras dan kedelai.

Sedangkan, untuk ekspor beras sejak Januari hingga Oktober 2018 mencapai 3.000 ton, jagung 300.000 ribu ton, dan kedelai 11.000 ton. Sepanjang tahun 2017, jumlah ekspor beras mencapai 3.532 ton, jagung 47.000 ribu ton, dan kedelai 56.000 ton. Artinya, kemampuan ekspor Indonesia semakin kecil. Komitmen pemerintah untuk menjadi lumbung pangan dunia mustahil diraih. Sementara itu,BPS mencatat nilai tukar petani nasional pada Oktober 2018 turun 0,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×