Reporter: Denita BR Matondang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggaran Kementerian Pertanian (Kemtan) untuk bantuan alat mesin pertanian (alsinta) mencapai Rp 2,68 trilliun di tahun depan. Kementan berharap bantuan ini dapat menekan biaya operasional petani menggarap lahan.
Direktur Alsinta Kementerian Pertanian Andi Nur Alamsyah mengatakan, duit Rp 2,68 triliun itu digunakan membeli sejumlah alsinta berupa traktor, rota tanam, pompa air, penanam beras, eksvator kecil, handsprayer, alat tanam benih jagung dan sebagainya. Kemtan menargetkan 50.000 unit alsinta dapat dialokasikan tahun depan dengan luas lahan sekitar 500.000 ha.
Dengan bantuan ini, efesiensi usaha tani alias tekanan biaya operasional petani dapat mencapai di atas 40%. Saluran bantuan akan difokuskan pada lahan rawa di wilayah Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi dan Kalimantan Barat.
Sementara itu, di tahun 2018 bujet alsinta mencapai Rp 2,81 trilun untuk membeli 70.839 unit perangkat yang berfokus pada subsektor padi, jagung dan kedelai. Per November 2018, anggaran dan target sudah terealisasi sebesar 98 %. Artinya, sekitar 2,75 triliun dana sudah dirogoh untuk alokasi total 69.196 unit alsinta kepada 69.196 kelompok tani dengan luas lahan sekitar 500 ha. Tahun lalu, ada sebanyak 84.356 unit alsinta yang dialokasikan. Bantuan ini diklaim dapat menekan biaya produksi sampai 35% hingga 48%.
“Memang anggaran dan jumlah unit dipangkas karena sudah semakin banyak bantuan tersasar,” kata Andi kepada KONTAN, Sabtu (1/12).
Kepala Seksi Perkebunan dan Peternakan Subdit Penyediaan AlsintaTogi Hutabarat menambahkan, kementan juga melalukan pengawasan mulai dari proses tawar menawar alsinda dari E-katalog hingga penyaluran bantuan kepada kelompok tani. Sebelum saluran diberikan Kementan juga mendeteksi kelayakan proposal dengan survei dan tatap muka pada kelompok tani.
Usai disalurkan, tim optimalisasi akan memantau pemakian alsinta sesuai manfaatnya. “Setiap hari dilakukan pemantauan, tiga bulan sekali juga ada,” kata Togi kepada KONTAN.
Catatan Andi, ada 10 kali terjadi relokasi alsinta selama tahun 2018. Namun, Andi enggan membeberkan secara detil musabab dan detil unit dan wilayah relokasi. “Intinya sebagian besar karena sedang tak digunakan tapi daerah lain membutuhkan, agar optimal direlokasi,” kata Andi.
Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santoso menggambarkan, biasanya untuk Pulau Jawa biaya produksi padi per 1 ha sebesar sekitar Rp 21 juta, kedelai sekitar Rp 7 juta. Sedangkan biaya jasa operator pengelolan lahan sawah per 1 ha sebesar Rp 1,2 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News