Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) mengatakan peternak kecil sulit untuk masuk ke industri penggemukan sapi. Pasalnya besarnya biaya investasi yang harus dirogoh.
"Tidak mungkin peternak kecil masuk industri penggemukan sapai impor karena kendala keuangan dan teknologi," ujar Rochadi Tawaf, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) kepada KONTAN, Kamis (3/8).
Harga sapi yang diimpor menurut Rochadi sebesar Rp 10 - 15 juta per ekor. Hal tersebut ditambah dengan biaya pakan untuk penggemukan.
Rochadi menerangkan bahwa bisnis penggemukan sapi impor merupakan bisnis yang terbuka. Namun, karena kondisi modal yang besar sehingga tidak ada peternak kecil yang masuk. Oleh karena itu penguasaan industri oleh industri besar menurut Rochadi tidak dapat disebut monopoli.
Mengenai kasus PT Santoso Agrindo (Santori) dan PT Austasia Stockfeed, Rochadi menerangkan bahwa pengurangan penjualan sebagai dampak dari aturan pembatasan impor yang dilakukan oleh pemerintah.
Rochadi menambahkan bisa ada penimbunan dalam industri penggemukan maka akan terdapat kerugian pengusaha karena nilai tambah akan semakin turun.
Saat ini memang industri penggemukan sapi impor masih dipegang oleh industri besar. Rochadi menyarankan agar industri tersebut membuat kemitraan dengan peternak kecil.
Kemitraan tersebut dapat dalam cara memberikan bantuan keuangan untuk permodalan. Karena Rochadi beranggapan selama ini permasalahan masyarakat adalah permodalan. Peternak tidak memiliki jaminan apabila melakukan pinjaman ke Bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News