kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peternak tak bertaji menentukan harga ayam


Kamis, 19 April 2018 / 14:07 WIB
Peternak tak bertaji menentukan harga ayam


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bungkil Kedelai tengah meningkat dalam beberapa waktu terakhir, bahkan harga bungkil kedelai sempat mencapai Rp 7.600 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 5.200 per kg.

Herry Dermawan, Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) mengatakan, akibat peningkatan bungkil kedelai tersebut, maka akan berpengaruh terhadap harga pakan, terlebih bila tidak ada subsitusinya.

"Bungkil kedelai itu dipakai sebagai bahan baku pakan ayam atau sekitar 25%, kedua terbesar dari jagung. Kalau meningkat sekitar Rp 2.000 per kg, maka kalau 25% ada kenaikan Rp 500 per kg," ujar Herry kepada Kontan.co.id, Kamis (19/4).

Bila harga pakan meningkat, maka akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh peternak. Pasalnya, untuk menghasilkan 1 kg ayam, dibutuhkan 1,6 kg - 1,7 kg pakan ternak.

Herry mengakui, tersebar kabar bahwa pabrik pakan akan menaikkan harga pakannya. Namun, dia berharap kenaikan tersebut tidak terjadi. Menurutnya, pabrik ternak sampai saat ini masih memiliki stok bungkil kedelai yang lama.

Bila nanti biaya produksi ayam meningkat, tetapi Herry berpendapat peternak tidak bisa menaikkan harga jual ayam seenaknya. Pasalnya, harga ayam ini tergantung oleh mekanisme pasar. Apalagi, pemerintah telah mengatur harga di tingkat peternak untuk ayam batas bawah Rp 17.000 per kg dan batas atas Rp 19.000 per kg.

Sementara, menurut Herry, saat itu penentuan harga batas bawah dan batas tersebut mengacu pada parameter harga DOC sekitar Rp 4.800 dan harga pakan ternak Rp 6.800.

"Peternak lemah posisinya dalam menentukan harga. Kalau mau untung harganya harus nambah dimana harga acuan harus diubah, kecuali kalau pabrik pakan mau menahan diri," tambah Herry.

Herry berharap, pemerintah pun segera mengambil keputusan terkait permasalahan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×