kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   23.000   1,19%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Petrokimia dari batubara mulai dilirik industri


Senin, 30 November 2015 / 10:44 WIB
Petrokimia dari batubara mulai dilirik industri


Reporter: David Oliver Purba, Mimi Silvia | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Untuk mengurangi ketergantungan akan impor bahan baku petrokimia, pelaku industri di dalam negeri menyusun rencana pendirian pabrik petrokimia dengan bahan baku dari batubara yang pasokannya melimpah di dalam negeri.

Direktur Industri Kimia Dasar Kementerian Perindustrian (Kemperin) Muhammad Khayam mengatakan, hampir 100% bahan baku petrokimia berbasis minyak mentah impor dari negara lain. Ketergantungan ini membebani kinerja industri petrokimia, terutama saat rupiah melemah.

Agar ketergantungan impor petrokimia berkurang, pelaku industri menyusun strategi pembangunan pabrik pengolahan batubara menjadi bahan baku petrokimia. Adapun lokasi yang dipilih adalah Sumatera dan Kalimantan. “Kalau petrokimia impor terus, maka tingkat ketergantungan industri kian tinggi,” kata Khayam kepada KONTAN, Minggu (29/11).

Di antara pelaku industri yang ingin bikin pabrik petrokimia berbasis batubara itu adalah PT Pertamina, perusahaan tambang nasional, dan investor dari China. Sayang, Khayam tak menyebut nama perusahaan tambang nasional maupun investor dari China yang dia maksud. Tapi, ketiga perusahaan ini sudah dalam tahap pembicaraan akhir.

Ada dua pabrik yang akan mereka persiapkan. Pertama, pabrik berkapasitas 1,5 juta ton methanol di Kalimantan. Kedua, pabrik petrokimia berkapasitas 3,5 juta ton methanol di Lampung.

Pembangunan pabrik akan dilakukan tahun 2017 dengan proyeksi investasi US$ 1,6 miliar per pabrik dengan kebutuhan lahan 300 hektare (ha)- 500 ha. “Lahan sudah ada, dipersiapkan oleh perusahaan tambang,” kata Khayam.

Vice President Corporate Pertamina Wianda Puspanegoro menyebut, hingga saat ini, Pertamina belum memiliki kesepakatan soal pabrik petrokimia berbasis batubara di Pertamina. Menurut Wianda, mereka saat ini fokus membuat seluruh kilang bisa menghasilkan produk petrokimia.

"Kami usahakan kilang Pertamina terintegrasi dengan petrokimia," kata Wianda.

Industri pupuk ikutan

Selain proyek yang disebutkan Khayam, ada dua pelaku industri lain yang menyusun rencana pembangunan pabrik petrokimia berbasis batubara. Pertama, PT Pupuk Iskandar Muda, anak usaha Pupuk Indonesia yang ingin mengubah batubara menjadi gas sintetis dan petrokimia untuk bahan baku pupuk.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Arifin Tasrif menuturkan, mereka akan menggunakan batubara low grade untuk diolah menjadi gas. "Nanti hasilnya jadi pupuk dan petrokimia," kata Arifin.

Kedua, sebelumnya PT Pupuk Kujang juga telah menggandeng IHI Corporation asal Jepang untuk membangun pabrik penghasil gas sintetis dari batubara. Pabrik pengolahan batubara menjadi gas dan produk petrokimia tersebut telah dibangun sejak 2013 dan saat ini sudah masuk tahap uji coba.

Pabrik ini ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2017 mendatang atau dua tahun lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×