kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

PII: Sistem listrik Indonesia kompleks, PLN tak bisa sendirian mengurusinya


Rabu, 07 Agustus 2019 / 15:45 WIB
PII: Sistem listrik Indonesia kompleks, PLN tak bisa sendirian mengurusinya


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) melihat permasalahan rapuhnya sistem ketenagalistrikan Indonesia menjadi penyebab terjadinya blackout pada Minggu (4/8) kemarin. Sistem listrik di Indonesia memang cukup kompleks.  

Ketua Umum PII Heru Dewanto memaparkan sistem jaringan listrik Indonesia itu berupa kombinasi sistem besar (150-500 KV), sistem menegah (20-70 KV), sistem kecil tegangan rendah (220 V) dan sistem isolated

Baca Juga: Akibat listrik padam, Omzet pedagang Tanah Abang turun drastis

“Bayangkan semuanya harus melistriki lebih dari 17.500 pulau yang tersebar di seluruh nusantara,” kata Heru dalam siaran pers yang diterima KONTAN.

Parahnya lagi, kata Heru, sistem kelistrikan yang kompleks ini bergantung hanya pada satu institusi saja, yaitu PLN. Oleh karenanya, PLN yang kuat, sehat dan digdaya adalah syarat mutlak.

“Ibaratnya jangan sampai PLN batuk. Karena kalau sudah batuk, maka seluruh sistem dan jaringan listrik akan demam,” ujar Heru yang juga mantan CEO Cirebon Power ini.

Menurut Heru, PLN ke depan tidak mungkin lagi sendirian dalam mengurusi tantangan ketenagalistrikan di negara kepulauan seluas dan sebesar Indonesia. Kalau akar masalah tidak diselesaikan maka kejadian blackout seperti kemarin akan bisa terjadi lagi.

Baca Juga: Kejadian blackout juga lazim terjadi di negara maju

Heru mengatakan saat ini adalah waktunya pemerintah mengkaji ulang struktur pasar ketenagalistrikan. Apalagi disruptive technology telah tiba, seperti rooftop revolution, distributed generation, electric vehicles, energi baru dan terbarukan. 

“Semua itu akan melahirkan generasi prosumer, produsen yang juga consumer. Karenanya, opsi seperti vertical dan/atau horizontal unbundling misalnya layak untuk dikaji lagi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×