Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -BANDUNG. PT Perusahaan Listrik Negara melalui anak usahanya, PT Indonesia Power (IP) saat ini masih terus mengoperasikan PLTA Bengkok berkapasitas 3x1,5 MW. Pembangkit dari energi air Cikapundung ini sudah beroperasi sejak 1923 saat zaman penjajahan Belanda. Hingga kini produksi listrik dari pembangkit ini masih bisa menerangi sebagian Kota Bandung.
Supervisor Senior PLTA Bengkok, Ahmad Zainuddin mengungkapkan, pembangkit yang berusia 95 tahun ini merupakan warisan budaya sehingga pihaknya memang tetap mempertahankan mesin dari peninggalan Belanda itu. Meski begitu, jika ada mesin yang rusak tentu saja akan ada rekondisi. "Kami punya program perawatan satu tahunan dan lima tahunan," ungkap dia, Jumat (19/10).
Dia mengatakan, dengan kapasitas 3x1,5 MW membuat PLTA Bengkok sebagai supporting bagi kelistrikan di daerah Jawa Barat khususnya di Bandung. Listrik dari PLTA Bengkok masuk dalam sistem Jawa-Bali. "Sudah masuk interkoneksi, kami support saja. Karena memang operasi kami ini yang mengatur alam karena dari air," imbuh dia.
Ahmad menilai, sejauh ini persoalan dari operasi pembangkit ini adalah soal masalah sampah di Cikapundung, sebab tandon untuk menampung air bisa kotor karena hulunya terdapat banyak sampah. Sehingga pihaknya memang sudah bekerjasama dengan beberapa pihak untuk turut serta mengamankan Sungai Cikapundung dari sampah.
Furqan Tanzala Sekretaris Perusahaan Indonesia Power menambahkan, dari sisi usia memang mesin-mesin PLTA Bengkok sudah tua dan tentu saja ada cost operasional yang setiap tahun dikeluarkan perusahaan. Namun demikian dari sisi cost operasional dibandingkan dengan PLTD tentu saja jauh lebih murah. "Hemarnya bisa seperlimanya kalau memakai PLTA dibandingkan pakai BBM," ungkap Furqan.
Menurut data Indonesia Power produksi listrik PLTA Bengkok di tahun 2015 sebanyak 11,99 Mega Watt (MW), di tahun 2016 sebanyak 15,88 MW, dan 2017 sebanyak 14,58 MW.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News