kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLN rugi di kuartal I-2020, IESR: Potensi kerugian masih akan berlanjut


Selasa, 16 Juni 2020 / 16:47 WIB
PLN rugi di kuartal I-2020, IESR: Potensi kerugian masih akan berlanjut
ILUSTRASI. Listrik PLN


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN di kuartal I-2020 kurang mumpuni, karena menderita kerugian. Di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, Institute for Essential Services Reform (IESR) pun menaksir, potensi kerugian masih membayangi perusahaan setrum plat merah itu di kuartal II.

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan, pendapatan utama PLN yang berasal dari penjualan listrik jadi penyebabnya. Meski sudah memasuki masa New Normal dan aktivitas ekonomi-bisnis kembali dibuka, namun dia memprediksi pemulihan konsumsi listrik masih berjalan lambat. 

Baca Juga: PLN pilih opsi smart meter untuk menggantikan meteran mekanik

Apalagi, perekonomian belum sepenuhnya pulih sehingga aktivitas industri masih melambat. "Kuartal II potensi rugi masih besar, karena dari sisi penjualan masih anjlok. Dengan pembukaan ekonomi secara bertahap, diharapkan penjualan listrik bisa pulih, walau lambat sekali," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (16/6).

Meski belum menyebutkan proyeksi kerugian PLN, tapi Fabby menebak beban usaha PLN pada periode April-Juni bisa lebih baik. Perkiraan itu didorong oleh sejumlah asumsi, seperti nilai kurs yang lebih stabil, harga energi primer yang turun, serta mulai menggeliatnya ekonomi.

Mengenai pengelolaan beban usaha, Fabby pun menyarankan agar PLN bisa melakukan renegosiasi kontrak dengan pembangkit swasta (IPP) yang berjenis thermal sembari melakukan efisiensi operasi. Selain itu, dia menyoroti mitigasi risiko fluktuasi kurs yang dilakukan PLN. 

Menurutnya, kerugian kurs seharusnya bisa diminimalisasi jika pengendalian risiko kurs berjalan dengan baik, misalnya melalui metode hedging.

Untuk melakukan sejumlah hal tersebut, Fabby menekankan bahwa dukungan dari pemerintah sangat diperlukan. "Dukungan dari Kementerian BUMN dan ESDM penting, juga dari BoD-nya," pungkas Fabby.

Baca Juga: PLN rugi Rp 38,88 triliun sepanjang kuartal I 2020

Dalam catatan Kontan.co.id, PLN menanggung rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 38,88 triliun selama kuartal pertama tahun ini. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu perusahaan setrum ini masih untung Rp 4,14 triliun.

Dalam periode Januari-Maret 2020 ini, pendapatan usaha PLN sebenarnya naik 5,48% secara year on year (yoy) menjadi Rp 72,70 triliun. Penjualan tenaga listrik mendominasi hingga Rp 70,25 triliun. Sisa pendapatan berasal dari penyambungan pelanggan dan lain-lain.

Namun, beban usaha membengkak sampai Rp 78,79 triliun. Pada saat yang sama, PLN mencatatkan kerugian kurs mata uang asing bersih senilai Rp 51,97 miliar. Alhasil subsidi listrik pemerintah sebesar Rp 12,89 triliun tak bisa menyelamatkan kinerja bottom line.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×