Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara siap menurunkan tarif listrik untuk perusahaan padat karya sebesar 30% hingga 40%. Pemberian diskon tarif listrik ini berlaku untuk pemakaian malam hingga menjelang subuh.
"Kami evaluasi segera karena pemakaian malam sampai jelang subuh akan ditekan setinggi-tingginya 30 hingga 40%," kata Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir seusai mengikuti rapat di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (20/10).
Menurut Sofyan, diskon tarif listrik ini akan diberikan kepada perusahaan padat karya yang selama ini terbebani biaya tarif listrik. Dengan diberlkukannya diskon tarif listrik, perusahaan padat karya diharapkan bisa meningkatkan produktivitasnya.
"Mereka kerja lembur, tetapi daya listrik dimurahkan. Tenaga kerja naik, listrik turun, misalnya jam 10 malam sampai jam 5 pagi, kita murahkan," tutur Sofyan.
Tak bebani operasional
Sofyan juga menjamin program diskon tarif listrik ini tidak akan membebani operasional PLN. Sebab, pada saat program diskon diberlakukan, yakni dari malam hingga subuh hari, tingkat pemakaian listrik masyarakat masih rendah.
"Karena saat enam jam itu tidak ada yang pakai listrik, dan dijual dengan murah, bahkan bisa sampai 50 persen, enggak apa-apa. Enggak masalah, dari pada tidak dipakai," tutur Sofyan. "Itu kuota biar dipakai industri," ucapnya.
Diskon tarif listrik ini merupakan bagian paket kebijakan ekonomi tahap ketiga yang diumumkan pemerintah pada Rabu (7/10). Selain diskon tarif, sebagai bagian dari paket kebijakan ekonomi tahap ketiga tersebut, PLN juga memberikan penundaan pembayaran tagihan dan penurunan tarif listrik bagi pelanggan nonsubsidi sesuai skema penyesuaian menyusul penurunan harga minyak dunia.
Saat ini, PLN memiliki total pelanggan industri dengan daya di atas 200 kVA sebanyak 12.333 pelaku. Konsumen golongan I-3, industri menengah dengan daya di atas 200 kVA, jumlahnya 12.256 pelanggan dan golongan I-4, industri besar dengan daya 30.000 kVA ke atas, sebanyak 79 pelanggan.
Pelanggan industri antara lain meliputi industri tekstil, manufaktur, logam, besi, dan baja yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. (Icha Rastika)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News