kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLTS terus didorong, pemanfaatan gas bumi masih diperlukan


Minggu, 12 September 2021 / 11:25 WIB
PLTS terus didorong, pemanfaatan gas bumi masih diperlukan
ILUSTRASI. Pekerja melakukan perawatan panel surya di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) milik Hotel Santika Premiere Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (7/7/2021).


Reporter: Filemon Agung | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemanfaatan gas bumi untuk sektor kelistrikan dinilai masih diperlukan kendati implementasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terus didorong.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016-2019 Arcandra Tahar menilai PLTS dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) bisa disinkronkan guna menjaga pasokan listrik.

"Gas bisa sebagai peaker yang mengikuti load. (Ketika) energi dari matahari drop, gas bisa gantikan itu," kata Arcandra yang juga merupakan Komisaris Utama PGN, Jumat (10/9).

Baca Juga: Kementerian ESDM menyebut PLTS akan menjadi tulang punggung pengembangan EBT

Arcandra melanjutkan, saat ini PLTS masih memerlukan bantuan baterai atau sumber energi lain. Ketika berdiri sendiri, maka biayanya dinilai masih mahal. Selain itu, untuk saat ini kombinasi PLTS dan gas dinilai masih lebih murah ketimbang menggunakan baterai.

"Rasanya PLTS kombinasikan dengan baterai lebih mahal dibandingkan kalau dikombinasikan dengan gas, sampai tahun ini," ujar Arcandra. Dia pun menilai potensi pemanfaatan gas untuk sektor kelistrikan bergantung pada strategi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Seperti diketahui, pengembangan PLTS memang jadi salah satu fokus Kementerian ESDM dalam mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT).

Baca Juga: Tanpa agunan, Bank Mandiri siapkan program cicilan pemasangan solar panel

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jenderal EBTKE Chrisnawan Anditya mengungkapkan dengan realisasi bauran EBT yang baru mencapai 11,2% pada 2020 maka perlu ada peningkatan dua kali lipat demi bisa memenuhi target 23% pada 2025 mendatang.

"Kita punya potensi EBT yang melimpah namun mempertimbangkan waktunya kita harus manfaatkan semua EBT yang dimiliki. Yang menjanjikan dalam pandangan pemerintah adalah energi surya," kata Chrisnawan dalam webinar Scaling Up Solar in Indonesia: Reform and Opportunity, Kamis (9/9).

Chrisnawan mengungkapkan, pengembangan PLTS ke depannya bakal dibagi menjadi empat jenis PLTS.Pertama, melalui PLTS Atap. Kementerian ESDM menargetkan pengembangan PLTS Atap akan mencapai 3,6 GW pada 2025 mendatang.  

Kedua, pengembangan PLTS skala besar. Dalam pengembangan PLTS skala besar, Chrisnawan memastikan hal ini sudah dimasukkan dalam revisi Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang kini tengah difinalisasi. Dari proses terkini, maka total kapasitas PLTS yang bakal dibangun ditargetkan mencapai 6,4 GW.

Baca Juga: Menteri ESDM: Energi surya menjadi andalan dalam pengembangan energi terbarukan

Ketiga, PLTS Terapung. Chrisnawan mengungkapkan, potensi PLTS Terapung tergolong melimpah. Dari pemetaan yang ada maka potensinya mencapai 27 GW.

Demi mengatasi isu intermitensi pada PLTS Terapung, maka pengembangannya harus dilakukan pada waduk yang juga memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). "Jika berkaitan dengan intermitensi, maka PLTS Terapung harus dikembangkan dekat dengan pembangkit hidro, potensi yang ada mencapai 12 GW dan ini angka yang besar," ujar Chrisnawan. 

Keempat, pengembangan PLTS Off Grid. Menurutnya, pengembangan ini bakal berfokus pada area-area yang terpencil dan sulit dijangkau.

Baca Juga: Lindungi konsumen, Kementerian ESDM dorong penerapan SNI modul surya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×