Reporter: Asnil Bambani Amri, Eldo Christoffel Rafael | Editor: Asnil Amri
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pro dan kontra terkait cukai rokok kembali mencuat. Petani tembakau yang bergabung dalam Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) keberatan kenaikan cukai rokok di atas 10%. APTI menilai, kenaikan cukai di atas 10% bisa menurunkan penyerapan tembakau dari petani.
"Pengalaman 4 tahun terakhir, rata-rata kenaikan cukai 12% menurunkan penyerapan tembakau 3,5%,” kata Soeseno, Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) dalam keterangan pers, Rabu (31/10). Dalam hitungan Soeseno, 2% penurunan penyerapan setara dengan 4.000 hektare lahan tembakau.
Desakan menaikkan cukai rokok di Indonesia belakangan gencar dilakukan kalangan aktivis kesehatan. Salah satu alasan kenaikan tarif cukai rokok itu adalah, tarif cukai di Indonesia di bawah tarif cukai yang dianjurkan oleh organisasi kesehatan dunia atau WHO yang menetapkan tarif cukai minimal 66% dari harga rokok.
Selain itu, menaikkan cukai juga efektif untuk menurunkan tingkat prevalensi merokok, karena harga rokok menjadi lebih mahal. Di sisi lain, kenaikan cukai juga akan menambah setoran cukai negara. Namun demikian, Soesono menilai, kenaikan cukai akan mengurangi serapan tembakau petani.
"Sampai saat ini, komoditas tembakau masih menjadi komoditas pilihan di saat musim kemarau, karena masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dibanding dengan komoditas pertanian lainnya”, jelas Soesono yang berharap tahun 2019 tidak ada kenaikan cukai terlalu tinggi di atas 10%.
Abdillah Hasan, peneliti dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyatakan, cukai rokok di Indonesia terlalu rendah, sehingga anak-anak leluasa membeli rokok. “Kita mesti jaga generasi dari rokok, salah satu jalan menaikkan cukai rokok agar anak-anak tak mampu beli rokok,” kata Abdillah.
Soal petani, Abdillah bilang, ada banyak petani tembakau yang sekarang sukses menggeluti bisnis tanaman kopi yang harganya jauh di atas harga tembakau. “Diversifikasi tanaman itu ada banyak pilihan,” katanya.
Adapun terkait dengan serapan tembakau yang turun, hal tersebut terjadi karena mekanisme harga. Ketika harga tembakau di dalam negeri mahal, pengusaha rokok akan mengambil solusi impor. “Itu mekanisme pasar,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News