kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi listrik Pertamina Geothermal di tahun 2020 mencapai 4.618 GWh


Kamis, 29 Juli 2021 / 14:01 WIB
Produksi listrik Pertamina Geothermal di tahun 2020 mencapai 4.618 GWh
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Pertamina Geothermal Energy.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mencatatkan produksi listrik di tahun 2020 mencapai 4.618 Giga Watt hour (GWh).

Direktur Operasi PGE Eko Agung Bramantyo mengungkapkan produksi listrik ini bersumber dari 15 wilayah kerja panas bumi (WKP). Selain itu, capaian ini pun 14% lebih tinggi dari target yang dicanangkan perusahaan.

Agung melanjutkan, hingga  saat ini, PGE leading dalam pengelolaan panas bumi nasional dengan kapasitas terpasang 1.887 MW di mana sebesar 1.205 MW  dikelola bersama mitra dan 672 MW dioperasikan sendiri oleh PGE.

“Kapasitas terpasang di seluruh wilayah kerja panas bumi PGE ini mencakup 88 persen dari total kapasitas terpasang listrik panas bumi yang ada di Indonesia. Ini menunjukkan betapa besar kontribusi PGE dalam pengembangan sumber daya panas bumi di Indonesia,” ujar Agung dalam keterangan resmi, Kamis (29/7).

Agung menambahkan, wilayah dimana potensi panas bumi berada, yang kebanyakan berada di pegunungan yang remote area, menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan pengembangan panas bumi. “Pada awal pengembangan, kami perlu membangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk bisa membawa rig ke lokasi pemboran yang dituju, bahkan ada jalan yang kami bangun hampir sepanjang 40 km” tambah Agung. 
Topografi yang terjal juga menjadi tantangan lain dalam pengembangan panas bumi. “Kami bekerjasama dengan konsultan dan Universitas untuk mengembangkan Early Warning System (EWR) untuk antisipasi terhadap adanya bencana longsor di sekitar Area dan Proyek PGE”, jelas Agung. 

Baca Juga: PLN dukung inisiasi dan rencana pembentukan holding geothermal, berikut penjelasannya

Saat ini, masyarakat sekitar Area panas bumi PGE telah menikmati multiplier effect dari pengembangan panas bumi, salah satunya adalah dengan berkembangnya infrastruktur, “Di salah satu Area PGE, awalnya masyarakat membutuhkan waktu 6 jam untuk menuju kota terdekat, itupun harus menggunakan motor yang dipasangi rantai di rodanya, sekarang jalan sudah mulus, hanya butuh waktu 30 menit menuju kota terdekat” ujar Agung.

Agung menambahkan, pada tahun 2021 PGE akan melangkah menuju World Class Green Energy Company. Berbagai strategi dan inovasi pun telah disiapkan. Sebagai Sub-holding Power & New Renewable Energy (PNRE), PGE akan mengembangkan kegiatan-kegiatan dalam manajemen industri pengembangan energi bersih, baik berbasis panas bumi sehingga menjadi pionir dalam pengembangan energi masa depan di Indonesia.

Dalam 10 tahun ke depan, PGE menargetkan dapat meningkatkan kapasitas terpasang energi bersih yang bersumber dari panas bumi hingga dua kali lipat lebih dari yang saat ini dioperasikan sendiri oleh PGE. Targetnya, tahun 2030 PGE akan meningkatkan kapasitas terpasang yang dikelola langsung PGE menjadi 1.540 MW. Ini artinya di tahun 2030 PGE berpotensi untuk bisa memberikan kontribusi potensi pengurangan emisi sebesar 9 juta ton CO2 per tahun, dan mentargetkan menjadi top three produsen panas bumi di dunia.

Strategic partnership juga menjadi salah satu strategi yang dilakukan PGE dalam rencana menambah kapasitas terpasang panas bumi, “Kami melakukan studi bersama dengan beberapa potential partner, diantaranya dengan PLN Gas & Geothermal (PLN GG) dan Medco Power Indonesia untuk menjajaki potensi penambahan kapasitas yang bisa dilakukan baik di wilayah kerja PGE maupun di wilayah kerja PLN GG dan Medco,” jelas Direktur Eksplorasi & Pengembangan PGE Tafif Azimudin.

Pada saat yang sama, PGE juga tengah menyiapkan pengembangan green hydrogen yang saat ini tengah menjadi tren transisi energi dunia. “Green hydrogen adalah salah satu bentuk energi baru dan energi masa depan yang sangat bersih. Ini merupakan salah satu kunci di dalam mencapai target zero emision di masa depan,” kata Tafif. 

Menurut Tafif, PGE sangat excited untuk bisa berada di garda terdepan dalam mencari hal-hal baru dalam meningkatkan nilai dari sumber daya panas bumi yang ada di Indonesia, terutama yang ada di wilayah kerja PGE. 

PGE, imbuhnya, secara sistematik menggunakan pendekatan multitrack development dalam mengembangkan panas bumi, sehingga tidak hanya mencari sumber daya panas bumi untuk uap yang bisa dikembangkan menjadi listrik, tapi pada saat yang sama mencari fluida-fluida lain yang bisa didayagunakan untuk pengembangan green hydrogen. 

Pengembangan green hydrogen akan dilakukan melalui strategic partnership, baik dari sisi teknologi, akses ke pasar maupun sisi pendanaan. 

“PGE sebagai bagian dari sub-holding Power, New and Renewable Energy yang mengemban misi-misi strategis dari Pertamina Group untuk berkolaborasi dengan semua pihak di Indonesia memimpin proses transisi energi melalui inovasi-inovasi di bidang energi bersih,” tandas Tafif.

Selanjutnya: Aset Holding BUMN Geothermal Mencapai Rp 57 Triliun, Menarik untuk IPO?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×