Reporter: Abdul Basith | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia diproyeksikan terus meningkat meski di bawah tekanan dari Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengklaim, permintaan CPO di dua negara itu justru meningkat.
Dengan kondisi itu Gapki memperkirakan produksi CPO tahun 2018 tetap naik sebesar 10% atau sekitar 46,17 juta ton dari realisasi produksi tahun 2017 yang sebesar 41,98 juta ton. Menurut Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang, kenaikan produksi CPO tahun ini didorong oleh kenaikan produktivitas tanaman yang sudah diremajakan atau replanting dan cuaca yang kembali normal.
Peningkatan program kemitraan perusahaan sawit dan petani swadaya juga turut menaikkan produksi CPO dalam negeri. "Produksi minyak sawit tahun lalu sudah bagus, dan kita harap lebih lagi tahun ini," ujar Togar, Selasa (30/1).
Menurut Togar, pada tahun 2017 dari total produksi 41,98 juta ton minyak sawit, sebesar 39,17 juta ton dari produksi CPO dan 3,05 juta ton palm kernel oil (PKO). Produksi ini meningkat 18% dari produksi minyak sawit 2016 yang sebesar 35,57 juta ton.
Jumlah itu terdiri dari CPO 32,52 juta ton dan PKO 3,05 juta ton. "Peningkatan produksi ini juga diikuti kenaikan harga CPO sebesar 2% atau rata-rata menjadi US$ 714,3 per metrik ton dari tahun 2016," imbuh Togar.
Dari jumlah produksi tahun 2017, Togar menjelaskan, ekspor CPO dan turunannya di luar biodiesel dan oleochemical naik tajam sebesar 23% menjadi 31,05 juta ton dari 2016 yang 25,11 juta ton. Dengan kenaikan ekspor ini, sawit menyumbangkan devisa sebesar US$ 22,97 miliar. Jumlah itu naik 26% dari tahun 2016 yang US$ 18,22 miliar.
Kenaikan ekspor CPO dan turunannya terjadi di hampir semua negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia. India tercatat sebagai negara dengan kenaikan impor tertinggi yakni naik 32% atau sebesar 7,63 juta ton dibandingkan tahun 2016 yang 5,78 juta ton. Kemudian disusul negara-negara Afrika yang rata-rata naik 50%, China naik 16%, dan UE naik 15%, serta AS naik 9%.
Direktur Eksekutif Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Iskandar Andi Nuhung berharap, pemerintah serius mendorong peningkatan produksi minyak sawit Indonesia. Pasalnya di tengah kenaikan permintaan di pasar global, produksi sawit dalam negeri masih berada di bawah rata-rata produktivitas negara produsen sawit lainnya.
Dia melihat, produksi CPO Indonesia bisa tembus 50 juta ton dalam beberapa tahun ke depan. "Produksi minyak sawit masih bisa digenjot naik 25% hingga 30%," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News