kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Produksi Nikel RI Diproyeksikan Tembus 3,74 Juta Ton pada 2030


Senin, 07 April 2025 / 13:59 WIB
Produksi Nikel RI Diproyeksikan Tembus 3,74 Juta Ton pada 2030
ILUSTRASI. Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) memproyeksikan produksi nikel nasional akan mencapai 3,74 juta ton pada tahun 2030.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) memproyeksikan produksi nikel nasional akan mencapai 3,74 juta ton pada tahun 2030, meningkat sekitar 95% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dewan Penasihat Pertambangan APNI, Djoko Widajatno mengatakan, nikel masih menjadi komoditas unggulan ekspor Indonesia di sektor pertambangan dan berperan sebagai sumber pendapatan penting bagi negara.

“Pada tahun 2023–2024, Indonesia menguasai sekitar 65% pasar nikel dunia, mencerminkan dominasi signifikan di pasar global,” ujarnya kepada Kontan, Senin (7/4).

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham dan Prospek Kinerja Emiten Nikel di Tahun 2025

Namun, kata Djoko, APNI juga menyoroti adanya tantangan dalam struktur ekspor nikel Indonesia, terutama ketergantungan tinggi terhadap satu negara tujuan, yakni China.

Sepanjang 2023, sekitar 89% ekspor nikel Indonesia dikirim ke China. Hal ini dinilai berisiko bagi ketahanan ekspor nasional apabila terjadi perubahan kebijakan atau permintaan dari negara tersebut. 

Sebagai solusi, APNI mendorong upaya diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Eropa.

“Diversifikasi ini penting untuk mengurangi ketergantungan dan memperluas peluang pasar di tengah dinamika geopolitik dan permintaan global yang terus berubah,” ujar Djoko.

Selain fokus pada nikel, APNI juga menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya lain seperti kobalt yang memiliki nilai tinggi di pasar global, terutama untuk industri baterai kendaraan listrik.

Baca Juga: Dikecualikan Tarif Resiprokal, Ekspor Hilirisasi Nikel & Bauksit ke AS Bisa Digenjot

Potensi ini, menurut Djoko, dapat meningkatkan kontribusi sektor pertambangan terhadap pendapatan negara. APNI juga turut mendukung tumbuhnya industri hilir berbasis mineral logam, sebagaimana digariskan dalam Kebijakan Nasional Mineral dan Batubara.

"Hilirisasi harus diarahkan untuk menunjang pertumbuhan industri dalam negeri, menciptakan nilai tambah, serta memperkuat daya saing Indonesia di sektor energi dan teknologi berbasis nikel," tandasnya.

Selanjutnya: Arus Balik Mudik, Penumpang Whoosh Tembus 23.500 Orang

Menarik Dibaca: Bunga Deposito BRI di Bulan April 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×