Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Produksi sarung tangan karet tahun ini diperkirakan turun 10%-15% dari pencapaian tahun lalu. Penurunan produksi ini terjadi karena mahalnya biaya produksi terutama akibat harga gas alam yang tak kunjung turun.
Ahmad Saifun, Ketua Indonesian Rubber Glove Manufacturer Association (IRGMA) memperkirakan, produksi sarung tangan karet tahun ini turun 10%-15% menjadi 8 miliar-9 miliar pieces dari realisasi produksi tahun lalu 10 miliar pieces . "Harga gas membuat kami tak sanggup membeli,” kata Ahmad, kepada KONTAN, Minggu (24/5).
Menurut Ahmad, industri sarung tangan karet kebanyakan berada di Sumatera dan membeli gas alam seharga US$ 14 per mmbtu. Sementara, industri sarung tangan karet di Malaysia yang jadi kompetitor hanya membeli gas US$ 4,5 dolar. "Bagaimana di Malaysia bisa menjual gas murah, kenapa kami membeli gas mahal," tanya Ahmad.
Selain tingginya harga gas alam ini, Ahmad menyebutkan, tahun ini pihaknya mendapat tantangan baru dari kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sejak Mei 2015. "Sekarang kami produksi jika ada pesanan," tambah Ahmad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News