Reporter: Handoyo | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Musim kemarau basah yang melanda beberapa wilayah Indonesia membuat beberapa produk hortikultura seperti kentang dan cabai terganggu. Melihat hal tersebut, tidak menutup kemungkinan pemerintah memilih opsi untuk melakukan impor dua produk hortikultura tersebut.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, saat ini harga cabai memang menunjukkan tren peningkatan harga. Ia mencontohkan, untuk cabai rawit hijau dipasaran berada dikisaran Rp 26.000 per kilogram (kg), atau mengalami peningkatan dibandingkan beberapa waktu lalu yang berada dikisaran Rp 24.000 per kg. "Tetapi untuk sementara jangan (impor) dulu," kata Gita Jumat ((21/6).
Akibat musim kemarau basah yang diakibatkan oleh hujan yang terus melanda, Gita bilang perlu adanya sikap antisipasi secara dini untuk mendatangkan pasokan tambahan untuk komoditas kentang dan cabai dari luar negeri.
Mengutip data Kemendag, harga kentang di pasar induk Kramat Jati Jakarta untuk bulan Juni rata-rata dikisaran Rp 5.795 per kg, atau mengalami peningkatan dibandingkan bulan Mei yang rata-ratanya Rp 5.565 per kg, dan April rata-ratanya Rp 5.130 per kg.
Sementara itu, untuk harga rata-rata cabai merah keriting secara nasional pada bulan Juni ini berada dikisaran Rp 33.977 per kg, atau naik 15% dibandingkan harga rata-rata bulan Mei lalu Rp 29.513 per kg. Harga cabai merah biasa juga mengalami kenaikan dari Rp 28.543 per kg di bulan Mei menjadi Rp 33.487 per kg pada Juni.
M. Mudasir, Ketua Asosiasi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng mengatakan, sebenarnya bulan Mei-Juli merupakan waktu yang baik untuk menanam kentang. "Namun, kalau hujan terus akan berdampak bagi produksi," kata Mudasir.
Mudasir mencontohkan, bila tanaman kentang ditanam pada saat musim kemarau produksinya dapat mencapai 18 ton per hektar (ha). Akibat hujan yang masih terus mengguyur di wilayah Dieng seperti saat ini, produksinya diproyeksi menyusut menjadi hanya 10 ton per ha-12 ton per ha.
Curah hujan yang tinggi membuat para petani kentang harus bekerja ekstra. Tanaman kentang musti mendapat perlakuan yang cukup besar agar tidak terserang beberapa hama penyakit seperti layu atau serangan ulat pada umbi.
Biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani kentang disaat curah hujan tinggi seperti ini lebih tinggi bila dibandingkan pada saat normal. Mudasir bilang, bila waktu normal para petani kentang hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 50 juta-Rp 60 juta untuk menggarap 1 ha lahan. Akibat anomali cuaca ini biaya yang dikeluarkan oleh petani meningkat menjadi Rp 65 juta-Rp 70 juta.
Sukoco, Koordinator Wilayah Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jawa Timur mengatakan, curah hujan yang terlalu tinggi akan membuat produktifitas cabai menurun. Ia bilang, bila rata-rata produksi cabai normalnya bisa menghasilkan 10 ton per hektar, akibat curah hujan yang tiggi ters
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News