Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Ratusan petak tambak PT Aruna Wijaya Sakti (eks Dipasena Citra Darmaja) di Lampung belum juga beroperasi usai panen pada Januari lalu. Hampir separuh dari 1.806 petak tambak di Blok II dan II kampung Utama Dipasena tidak beroperasi.
“Sisanya sampai sekarang belum juga tebar benih padahal panen sudah tiga bulan lalu,” kata Kepala Lembaga manajemen Plasma Kampung (LMPK) Kampung Utama, Thowilun kepada KONTAN, Minggu (18/4). Thowilun bilang, sejak panen Januari lalu, banyak petambak yang kehilangan mata pencaharian.
Sebenarnya, petambak sudah berusaha mendapatkan informasi dari manajemen dari PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima). Tapi, informasi tentang kepastian tebar benih baru tidak kunjung mereka peroleh. CP Prima selalu berdalih bahwa mereka sedang kesulitan dana.
Para petambak layak cemas. Pasalnya, biasanya jarak panen dengan tebar benih udang baru hanya butuh waktu 45 hari. Artinya, dalam setahun siklus panen terjadi dua sampai tiga kali. Tapi, melihat kondisi saat ini, tahun ini, CP Prima mungkin hanya bisa sekali panen.
Padahal, petambak harus menanggung pinjaman termasuk biaya bunga bank bekas operasional tambak yang terus berjalan. Dalam siklus normal, pinjaman bank pertahun mencapai Rp 80 juta sampai Rp 90 juta. “Kalau hanya satu kali produksi kami sangat terbebani,” keluh Thowilun.
Juru bicara CP Prima George H. Basoeki membenarkan keterlambatan penebaran benih baru tersebut. Tapi, Ia menyangkal spekulasi bahwa perusahaannya tengah kesulitan pembiayaan. “Itu karena persoalan teknis bukan pendanaan,” kata George.
George bilang, penebaran benih baru sebenarnya sudah dimulai sejak Desember dan Januari. Cuma, ia tidak mau menyebutkan sejauh mana keterlambatan penebaran benih tersebut. Yang jelas, keterlambatan itu masih masuk toleransi rencana produksi CP Prima. “Masih sesuai jadwal dan mereka (petambak) sudah tahu,” kata dia.
Tapi, Thowilun tetap berpendapat bahwa situasi ini akan membuat produksi udang perusahaan milik Keluarga Jiaravanon itu merosot. Menurutnya, jika melihat luas lahan tambak yang belum ditebar benihnya, jumlah panen udang CP Prima tahun ini bisa anjlok 50% dibanding produksi tahun lalu. Sampai September 2009, CP Prima mampu memproduksi 7.565 ton udang beku dan 2.022 udang kering.
Penurunan produksi CP Prima sempat mendapat perhatian Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad. Fadel bahkan berencana memanggil manajemen CP Prima untuk membahas produksi udang perusahaan itu. Fadel bilang, CP Prima mengalami persoalan pendanaan.
Bahkan, Fadel pernah menyarankan agar pemegang saham CP Prima rela menjual tambak Dipasena ke investor lain. Ia beranggapan, masuknya investor baru akan mampu menyuntik dana sehingga Dipasena bisa beroperasi normal dan pemutusan hubungan kerja bisa berhenti.
Sayang, George enggan mengomentari desakan Fadel tersebut. Menurutnya, perusahaanya sudah memiliki rencana produksi. Ia juga kembali menegaskan bahwa PHK hanya dilakukan untuk karyawan kontrak dan mereka yang mengundurkan diri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News