Reporter: Agung Hidayat | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Seiring ketatnya persaingan bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), para produsen harus pintar dalam melakukan strategi penjualan. Salah satunya dengan melihat peluang pasar non ritel seperti hotel, restoran dan cafe (horeca). Segmen tersebut dinilai bisa menjadi nilai tambah keuntungan bisnis AMDK.
Namun menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Air Minum dalam Kemasan (Aspadin), Rachmat Hidayat mengatakan, pertumbuhan segmen horeca tersebut mengikuti perkembangan yang ada di sektor ritel.
"Segmen tersebut ada, dan yang bermain produsen menengah besar. Karena membutuhkan skala ekonomi yang besar untuk masuk pasar tersebut," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (2/7).
Berapakah porsi yang disisihkan produsen AMDK untuk memenuhi segmen pasar non ritel tersebut? Rachmat mengatakan setiap produsen sangat variatif menentukannya. "Kalau dari segi volume sekitar 10 sampai dengan 50%," katanya.
Sampai dengan kuartal pertama kemarin, Rachmat mengakui bahwa industri AMDK mengalami penurunan pertumbuhan. "Kalau merujuk data, sampai kuartal pertama semua industri minuman turun 3,8% dibanding kuartal satu tahun lalu," ungkapnya.
Soal penyebab turunnya bisnis AMDK, Rachmat belum bisa menerangkan penyebabnya karena asosiasinya masih mengkaji ulang.
Namun, di kuartal kedua ini Aspadin mulai melihat pertumbuhan yang baik bagi AMDK. "Apalagi momen seperti Lebaran kemarin, kalau dibandingkan bulan biasa, maka saat ramadan dan Lebaran penjualan bisa naik sampai 30%," terang Rachmat.
Untuk itu tahun 2017 ini, Aspadin memproyeksikan pertumbuhan industri AMDK bisa mencapai 9% atau lebih. Rachmat optimis sebab konsumen Amdk dinilai bakal terus bertumbuh seiring pertambahan jumlah penduduk. "Peluangnya masih baik, sebab masyarakat Indonesia konsumsi produk air mineral cenderung tinggi," katanya.
Di tengah peluang, tantangan untuk berbisnis di industri ini semakin berat. "Biaya logistik adalah komponen terbesar bisnis ini. Sementara value produk rendah," sebut Rachmat. Oleh karena itu, produsen melakukan efisiensi dengan mendistribusikan produk tidak jauh dari pasar.
Selain itu pula, Rachmat menyebutkan bahwa jumlah pemain bisnis AMDK setiap waktunya terus bertambah. Ia membeberkan, sampai dengan saat ini menurut BPOM sudah ada 900 pabrik AMDK mulai dari skala kecil sampai besar dengan lebih 2.000 merek tercatat sekarang.
Meski masyarakat masih peduli terhadap merek tertentu, tapi produk yang banyak menyebabkan ragam pilihan muncul. "Sehingga semua pemain jadi punya peluang yang sama di pasar AMDK," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News