kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produsen coklat menambah produksi


Senin, 12 Desember 2011 / 08:10 WIB
Produsen coklat menambah produksi
ILUSTRASI. Harga mobil bekas Honda BR-V kini termurah Rp 140 juta, begini fitur lengkapnya


Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Perusahaan coklat di dalam negeri siap memperbesar kapasitas produksi pada tahun depan. Tujuannya, untuk memperbesar distribusi pemasaran sehingga konsumsi coklat di dalam negeri bisa meningkat. Sekarang, konsumsi coklat di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara lain.

Sindra Wijaya, Direktur Utama PT Bumitangerang Mesindotama, mengatakan, dana investasi tahun 2012 sebanyak US$ 60 juta. Dana itu untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 60.000 ton menjadi 120.000 ton. Catatan saja, perusahaan ini menghasilkan bubuk coklat untuk makanan dan minuman bermerek BT Cocoa.

Victor Timisela, General Manager PT General Food Industries, produsen coklat bermerek Delfi, menyatakan bahwa belanja investasi tahun 2012 sebesar US$ 1 juta. Itu untuk meningkatkan kapasitas produksi coklat dan butter dari 100.000 ton menjadi sekitar 110.000 ton. "Produksi harus diperbesar agar konsumsi di dalam negeri bisa naik," kata Sindra, ketika ditemui KONTAN usai acara "Chocolate Party on Sunday at Sarinah" di Sarinah, Jakarta, Minggu (11/12).

Tahun ini, konsumsi coklat di Indonesia hanya 0,2 kilogram (kg) per kapita. Bila produksi meningkat, perusahaan-perusahaan itu berharap, areal distribusi pemasaran semakin besar. Dengan demikian, semakin banyak masyarakat yang mengkonsumsi coklat.

Apalagi, ajang seperti "Chocolate Party" akan berlangsung secara rutin di berbagai daerah. Ini adalah acara promosi konsumsi coklat yang digelar pemerintah bersama produsen coklat. Selain dua perusahaan di atas, nama lainnya antara lain Chocodot asal Garut, Jawa Barat, Coklat Monggo asal Yogyakarta, dan Coklat Roso.

Sindra berharap, promo dan ekspansi pasar itu bisa meningkatkan konsumsi coklat di Indonesia menjadi 0,3 kg per kapita pada tahun 2012. Bila itu terealisasi, PT Bumitangerang diperkirakan bisa menjual 50% produksinya ke pasar lokal. "Selama ini kami hanya menjual 25% saja," jelas Sindra, yang juga Direktur Eksekutif Asosiasi industri Kakao Indonesia (AIKI).

Peningkatan konsumsi domestik itu juga akan menyelamatkan perusahaan. Soalnya, ada kekhawatiran pasar Eropa dan AS akan melemah karena krisis global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×