Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meski kondisi ekonomi global masih diselimuti ketidakpastian, eksportir keramik dan granit Indonesia optimistis menatap pasar ekspor tahun ini. Gelagat kenaikan permintaan di negara tujuan pasar menjadi harapan bagi produsen keramik di Indonesia memacu ekspor.
Elisa Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), bilang, perbaikan ekonomi di negara tujuan ekspor menjadi indikator. “Jika ekonomi di sana (pasar ekspor) membaik, kami yakin bisa ekspor 40 juta meter persegi (m²) keramik dan granit tahun ini,” kata Elisa, kepada KONTAN (5/2).
Adapun negara tujuan ekspor keramik dan granit itu berada di kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah. Tujuan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) saat ini dihindari, mengingat kondisi pasar di dua wilayah tersebut tidak menggembirakan.
Selain faktor ekonomi di negara tujuan ekspor, Elisa mempertimbangkan kondisi dalam negeri. Pemerintah menjanjikan diskon harga gas untuk industri keramik. “Kami ingin harga gas turun dan tidak harus turun menjadi US$ 6 per mmbtu atau US$ 7 per mmbtu,” katanya.
Penurunan harga gas akan berdampak besar bagi industri keramik, untuk memenangkan kompetisi di pasar global. Semakin murah harga produksi, semakin besar kesempatan memenangkan persaingan di pasar global.
Asal tahu saja, beberapa tahun belakangan, industri keramik membeli gas seharga US$ 12 per mmbtu sehingga sulit bersaing. Alhasil, ekspor cenderung terus turun.
Ekspor keramik Indonesia didominasi oleh keramik tableware, menyusul keramik tile, dan keramik berupa sanitary. “Ekspor keramik tableware lebih dari 40%, sementara keramik tile sekitar 15%,” jelas Elisa.
Harapan penurunan harga gas industri keramik dan granit juga disampaikan Hendrata Atmoko, Wakil Presiden Direktur PT Asri Pancawarna, salah satu produsen granit. Hendrata bilang, penurunan harga akan meningkatkan daya saing granit dari Indonesia di pasar ekspor.
Sebab, kebutuhan gas industri granit mencapai 35% dari produksi. Jika harga gas turun, efeknya akan menurunkan biaya produksi yang berujung pada kenaikan daya saing.
Hendrata optimistis, penurunan harga gas akan berdampak terhadap kenaikan kinerja ekspor. “Tahun lalu kami mengekspor granit 500.000 m², tahun ini kami menargetkan ekspor naik dua kali lipat,” kata Hendrata.
Untuk mendukung ekspor tersebut, produsen keramik dan granit dalam negeri masih memiliki ruang menambah produksi. Sepanjang tahun 2016 lalu, kapasitas produksi yang terpakai baru 65%. “Tahun ini kami menargetkan utilisasi pabrik naik menjadi 75%, tahun 2018 naik menjadi 90%,” tambah Elisa.
Hendrata menambahkan, jika permintaan granit naik sesuai harapan, pihaknya sudah menyusun rencana menambah kapasitas produksi granit menjadi 7 juta-8 juta m² per tahun. Adapun kapasitas produksi sebelumnya sebanyak 6 juta m2 per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News