Reporter: Eldo Christoffel Rafael, Sugeng Adji Soenarso | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain Pula Jawa, ada pasar lain yang menjadi bidikan para produsen semen, yakni Sumatra Bagian Selatan atawa Sumbagsel. Padahal di wilayah ini sendiri sudah bercokol PT Semen Baturaja Tbk. Tentu saja, sang jawara terus berupaya menjaga pangsa pasarnya.
Ruddy Solang, Sekretaris Perusahaan PT Semen Baturaja Tbk memaparkan, pasar di Sumatera bagian selatan memang menjadi fokus utama. Pasar primer emiten berkode saham SMBR ini ada di provinsi Sumatra Selatan dan Lampung.
Sementara, pasar sekunder ada di Bengkulu dan Jambi.
Nantinya, Semen Baturaja akan mulai penetrasi ke Bangka Belitung (Babel) karena sudah ada permintaan di area tersebut. "Katalis positifnya adalah dari sisi distribusi dan quality control (QC) semen yang terus kami jaga," kata Ruddy kepada KONTAN, Jumat (18/5).
Di akhir tahun 2017, SMBR mencatat volume penjualan di pasar primer dan sekunder sekitar 1,7 juta ton atau meningkat 8% jika dibandingkan tahun 2016. Ruddy menjelaskan, penguasaan pasar di Jambi meningkat signifikan sebesar 79% menjadi 90.152 ton dan di Bengkulu meningkat 37% menjadi 37.000 ton.
Sementara permintaan di Babel sudah mulai meningkat. "Targetnya tentu meningkatkan terus penguasaan pasar di kedua pasar itu," jelasnya.
SMBR berhasil mencengkeram pasar dengan kuat karena mempunyai fasilitas produksi yang dekat dengan area penjualan. SMBR memiliki pabrik penggilingan dan pengantongan semen di Palembang berkapasitas 350.000 ton semen per tahun.
Kemudian ada pabrik Panjang berkapasitas 350.000 ton per tahun. Selain itu, ada pabrik Baturaja dengan kapasitas 3,15 juta ton semen per tahun. dan pabrik Terak berkapasitas 2,7 juta ton per tahun.
Menghadapi kompetitor, pihaknya terus memantau perkembangan harga, memperkuat jalur distribusi, dan angkutan melalui pola kerjasama yang lebih baik dengan para vendor angkutan logistik.
"Semen Baturaja belum mempertimbangkan ikut menurunkan harga jual, karena justru Semen Baturaja lebih memfokuskan pada ekspor clinker ke luar negeri," tambahnya.
SMBR berencana membangun pabrik di Jambi karena wilayah ini satu-satunya provinsi di Sumatra yang tidak memiliki pabrik semen.
"Proses perijinan pembangunan pabrik sebagian selesai dan sebagian masih proses. Target selesai ya di akhir tahun 2018, jika meleset, ya, awal tahun 2019," terang Ruddy.
Antonius Marcos, Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk bilang, tahun ini proyeksi volume pasar Sumbagsel terhadap pasar semen nasional mencapai 5%. "Pasar Sumbagsel menarik," kata dia.
Hal tersebut, lantaran pembangunan yang cukup pesat dan pemerintah daerah setempat ramah investasi. Saat ini prodiusn merek Tiga Roda itu telah memiliki terminal semen di Sumatra Selatan. “Kami sudah masuk di sana dan beroperasi sejakMmaret 2018,” jelasnya.
Menurutnya, salah satu katalis positif di Sumbagsel adalah pembangunan di Palembang menjelang Asean Games 2018. Saat ini, pasar emiten berkode INTP di Sumbagsel mencapai 500.000 ton per tahun. Secara total, saat ini INTP telah menguasai 25% pasar domestik, dengan pasar inti di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News