kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produsen semen terapkan efisiensi dan penguatan pangsa pasar di semester II-2019


Minggu, 07 Juli 2019 / 18:08 WIB
Produsen semen terapkan efisiensi dan penguatan pangsa pasar di semester II-2019


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pelaku industri semen masih tetap optimistis meraup keuntungan di semester II-2019. Berjalannya proyek infrastruktur diikuti dengan semakin efisiennya produksi dipercaya dapat mendorong bisnis semen.

PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) misalnya, memasuki semester II-2019 perusahaan cukup optimistis dapat mengerek kinerja bisnisnya. "Kami optimistis permintaan semen untuk proyek-proyek akan terus berlanjut di samping efek domino dari telah selesainya beberapa infrastruktur akan mulai bergerak," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (7/7).

Selain dari sektor proyek, INTP juga tengah meningkatkan sektor ritelnya dengan cara melakukan strategi brand awareness melalui serangkaian kegiatan promosi dan juga program end user lainnya. Seperti yang diketahui, INTP juga memiliki produk low end dengan brand Semen Rajawali, yang diklaim Antonius penjualannya mampu meningkat secara signifikan.

Terkait dengan penurunan harga batu bara akhir-akhir ini, kata Antonius tentunya bagi industri semen ini sangat berdampak positif karena hampir 40% biaya produksi semen komponennya adalah batubara. Jika penurunan harga batu bara ini bersifat permanen maka industri semen dapat melakukan efisiensi energi cost dan hal ini akan sangat baik untuk meng-offset penurunan laba akibat tekanan harga jual.

"Akan tetapi sebagaimana kita ketahui harga batubara turun itu terjadi di harga batu bara pasar dunia, dimana di pasar lokal batu bara dalam negeri belum terjadi penurunan yang berarti," sebut Antonius. 

Manajemen tidak menyebutkan level harga batubara yang dibeli saat ini, namun INTP berharap penurunan tersebut juga dapat terjadi di pasar batu bara dalam negeri sehingga dampaknya menjadi lebih nyata bagi industri semen.

Bicara soal target, manajemen mencanangkan pertumbuhan penjualan kisaran 5%-6% di tahun ini. Sedangkan penjualan INTP sampai akhir bulan Mei 2019 kurang lebih 6,9 juta ton, dimana Antonius mengatakan capaiannya sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menilik data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), total volume penjualan Januari sampai Mei 2019 ini mencapai 28,24 juta ton atau turun mini 1,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 28,79 juta ton. Segmen penjualan lokal tercatat mengalami penurunan volume 3,6%, dari 26,73 juta ton di Januari-Mei 2018 menjadi 25,74 juta ton di Januari-Mei 2019.

Antonius bilang penurunan volume penjualan salah satunya disebabkan pada tahun ini ada serangkaian aktivitas pemilu di bulan April dan juga curah hujan yang tinggi di awal tahun yang mempengaruhi pengiriman semen perusahaan. 

Merujuk data ASI tadi, pasar utama semen yakni Pulau Jawa mengalami penurunan penjualan 4,5% year on year (yoy) menjadi 14,4 juta ton di periode lima bulan pertama tahun 2019.

Sementara bagi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR), di tahun 2019 ini multiplier effect dari pembangunan infrastruktur pemerintah masih menjanjikan prospek yang cukup besar. Proyek Strategis Nasional di bidang infrastruktur seperti pembangunan jalan tol dan pelabuhan dapat mendorong pertumbuhan industri semen secara signifikan.

Kebijakan tersebut juga akan meningkatkan prospek permintaan semen di wilayah Sumatera Bagian Selatan seiring dengan beroperasinya jalan tol trans Sumatra dari Bakauheni sampai Palembang. "Pertumbuhan untuk semen curah misalnya memang didukung oleh pembangunan infrastruktur terutama proyek jalan tol," tutur Jobi Triananda Hasjim, Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk (SMBR).

Adapun dalam rangka meningkatkan efisiensi, Semen Baturaja menekankan Cost of Goods Sold (COGS) per ton yang lebih menguntungkan. Upaya-upaya yang dilakukan dalam menekan Cost of Goods Sold (COGS) per ton antara lain melakukan efisiensi terutama dari segi pemakaian energi, dengan memanfaatkan batubara berkalori rendah 4.500 Kcal-5.500 Kcal.

SMBR saat ini berusaha menjaga pertumbuhan volume penjualan seiring dengan besarnya kue market share di wilayah SMBE yakni Sumatra Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung. Selain itu, Perseroan mengusahakan pertumbuhan volume penjualan di atas 20% yang pada tahun ini ditargetkan mencapai 2,75 juta ton atau tumbuh 26% dibanding tahun 2018 sebesar 2,19 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×