Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan program 35.000 MW yang semula ditargetkan rampung pada 2025 berpotensi molor hingga 2029.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, hal ini terjadi karena rendahnya permintaan listrik.
"Karena demand-nya memang rendah, dulu kami prediksi pertumbuhan ekonomi 7%-8%, sehingga listrik bisa 1,2 kali lipat. Tapi pertumbuhan ekonomi ternyata 5%, listrik bahkan di bawah itu, 4,5% untung (pertumbuhan lambat) kalau tidak babak belur," ujar Rida di Gedung DPR RI, Rabu (5/2).
Rida melanjutkan, realisasi program 35.000 MW kini mencapai baru 19,2% atau setara 6.811 MW.
Baca Juga: Ditargetkan rampung November 2020, konstruksi FSRU untuk PLTGU Jawa 1 capai 62,5%
Menurut dia, pengembangan ketenagalistrikan khusus pembangkit dihadapkan pada sejumlah kendala seperti pembebasan lahan, perizinan serta isu sosial atau penolakan dari masyarakat. Untuk itu, ia memastikan pihaknya terus berupaya mengatasi sejumlah kendala tersebut melalui kordinasi lintas kementerian serta melibatkan Pemerintah Daerah.
Rida memproyeksikan puncak kapasitas pembangkit terpasang akan terjadi pada 2020 dengan kapasitas pembangkit mencapai 8.823 MW.
Kemudian pada 2021 mendatang kapasitas bertambah menjadi 5.066 MW, lalu bertambah 4,109 MW pada 2022 dan berurut-turut bertambah sebesar 3.907 MW dan 3.592 MW pada 2023 dan 2024.
Baca Juga: Waduh program listrik 35.000 megawatt baru rampung 14%
"Tahun ini itu yang kami jaga agar bisa beroperasi 8.823 MW," jelas Rida. Selanjutnya, akan bertambah sebesar 1.275 MW pada 2025, dan pada 2026 bertambah 200 MW serta 505 MW pada 2027.
Dua tahun kemudian kapasitas bertambah sebesar 835 MW dan 300 MW.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News