kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek bisnis anak usaha Adaro (ADRO) pasca dua bank asal Jepang hentikan pendanaan


Senin, 20 April 2020 / 19:46 WIB
Prospek bisnis anak usaha Adaro (ADRO) pasca dua bank asal Jepang hentikan pendanaan
ILUSTRASI. Foto udara PLTU Tanjung Power Indonesia di Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan, Rabu (13/3/2019). PLTU yang berkapasitas 2x100 MW itu dibangun oleh PT Tanjung Power Indonesia konsorsium PT Adaro Power (65 persen) dan PT East West Power (35 persen) denga


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Power selaku anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO) di bidang bisnis ketenagalistrikan mengaku tidak terpengaruh oleh kabar berhentinya Mizuho dan Japan’s Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) dalam membiayai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Mulai 15 April 2020 lalu raksana bank asal Jepang, Mizuho menghentikan pendanaan untuk proyek-proyek baru di bidang PLTU batubara. Bank asal Jepang lainnya, SMFG juga akan menyetop pendanaan untuk proyek serupa mulai 1 Mei mendatang.

Wakil Presiden Direktur Adaro Power Dharma Djojonegoro menyebut, pihaknya tidak mengetahui persis mengenai kabar yang melibatkan Mizuho dan SMFG. Tetapi, memang benar bahwa beberapa bank asal Jepang sudah tidak akan membiayai proyek PLTU baru ke depannya.

Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah besar bagi Adaro Power. “Kebetulan beberapa PLTU kami sudah konstruksi atau sudah financial close. Jadi tidak terpengaruh,” ujar dia, Senin (20/4).

Lagi pula, lanjut dia, Adaro Power tidak hanya akan fokus membangun PLTU. Perusahaan ini juga terbuka untuk terlibat di proyek-proyek pembangkit listrik di luar batubara.

Saat ini Adaro Power sedang mengawal pembangunan PLTU Batang yang dikelola oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI). Proyek PLTU berkapasitas 2x1.000 megawatt (MW) yang terletak di Batang, Jawa Tengah ini ditargetkan rampung pada tahun 2020.

Mengutip situs resmi Adaro Energy, proyek PLTU Batang menelan biaya investasi sebesar US$ 4,2 miliar. BPI mendapat komitmen pendanaan proyek sekitar US$ 3,4 miliar dari Japan Bank for International Cooperation dan beberapa lembaga keuangan lainnya.

Di tahun lalu, Adaro Power juga telah mengoperasikan PLTU Tanjung Power Indonesia (TPI) yang berada di Tabalong, Kalimantan Selatan. PLTU berkapasitas 2x100 MW ini memiliki nilai investasi proyek sekitar US$ 545 juta.

TPI mencapai financial close untuk proyek tersebut pada awal tahun 2017 lalu dengan menerima komitmen pendanaan sebesar US$ 422 juta. Ketika dibangun, PLTU ini dibiayai dengan skema pembiayaan proyek dengan jaminan komprehensif dari Korea Trade Insurance Corporation (K-SURE) sekitar US$ 400 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×