Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Petani cengkih optimistis melihat prospek bisnis di tahun ini. Mereka percaya diri produksi cukup untuk memenuhi kebutuhan industri rokok tanpa perlu impor, yaitu sebanyak 80.000 ton–90.000 ton per tahun.
Sejatinya, target produksi cengkih tahun ini tidak jauh lebih tinggi dari realisasi produksi tahun lalu yang sebanyak 100.000 ton–110.000 ton. "Kalau cuaca bagus dan curah hujan tidak terlalu tinggi, produksi akan berada di kisaran itu juga," ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) I Ketut Budiman, Rabu (27/1).
Menurut Budiman, petani memang tidak mengerek target produksi terlalu tinggi karena menyesuaikan dengan kebutuhan industri rokok. Mereka khawatir harga akan jatuh apabila produksi berlebih dan tidak terserap.
Perlu diketahui, penyerap terbesar produksi cengkih di Tanah Air adalah industri rokok, yaitu lebih dari 90%. Petani juga sudah mulai mengekspor cengkehnya, namun jumlahnya belum banyak, hanya 5% dari seluruh produksi.
Saat ini, harga cengkih di tingkat petani sekitar Rp 100.000 per kilogram (kg). Dengan harga sebesar itu, petani bisa memetik untung karena biaya produksi hanya Rp 75.000 per kg.
Namun petani mengantisipasi penurunan harga cengkih pada panen raya bulan Juli-Oktober mendatang. "Becermin dari pengalaman tahun lalu, harga sempat jatuh di bawah harga produksi karena produksi berlimpah ketika panen," ujar Budiman.
Selain itu, dia mengklaim, kualitas cengkih Indonesia sangat bagus. Riwayat gagal panen hanya terjadi pada 2011, di mana Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 30% dari kebutuhan industri rokok sehingga APCI pun meminta pemerintah untuk mengimpor cengkih.
Sebagai informasi, saat ini lahan cengkih kurang lebih seluas 500.000 hektare (ha). Budiman bilang, harga cengkeh yang sedang tinggi memicu petani untuk melakukan penanaman baru.
Selama ini, industri rokok mengandalkan cengkih dari Jawa, Bali, Aceh, Sulawesi, dan Maluku. Made Wardana, petani cengkih dari Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, mengatakan panen cengkih di wilayah Buleleng termasuk bagus, yakni sekitar 2 ton per tahun. Saat ini, ada 7.000 ha lahan cengkih dengan populasi 80 pohon–100 pohon dengan usia di atas 15 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













