kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.548.000   14.000   0,91%
  • USD/IDR 15.930   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.394   -70,51   -0,94%
  • KOMPAS100 1.120   -15,28   -1,35%
  • LQ45 875   -15,67   -1,76%
  • ISSI 227   -1,00   -0,44%
  • IDX30 448   -9,05   -1,98%
  • IDXHIDIV20 538   -11,08   -2,02%
  • IDX80 128   -1,84   -1,42%
  • IDXV30 132   -1,42   -1,07%
  • IDXQ30 148   -2,90   -1,92%

Prospek Ekspor Tekstil ke AS Pasca Terpilihnya Kembali Donald Trump


Jumat, 08 November 2024 / 08:30 WIB
Prospek Ekspor Tekstil ke AS Pasca Terpilihnya Kembali Donald Trump
ILUSTRASI. Karyawan mengukur kain di toko tekstil Cipadu, Tangerang, Senin (8/1/2024). Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat membawa perhatian khusus bagi industri tekstil Indonesia.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat membawa perhatian khusus bagi industri tekstil Indonesia, terutama terkait kebijakan perdagangan proteksionis yang dikenal menjadi salah satu fokus utama Trump. 

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, menyatakan bahwa asosiasi tengah memantau kemungkinan adanya perubahan tarif atau hambatan perdagangan baru yang mungkin akan diterapkan AS demi melindungi industri domestiknya.

Menurut Redma, kebijakan proteksionis Trump dapat berdampak langsung maupun tidak langsung bagi industri tekstil Indonesia. Salah satu potensi tantangan adalah penerapan trade remedies atau perlindungan dagang seperti anti-dumping dan safeguard sesuai aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). 

"Indonesia sering dijadikan tempat transhipment bagi barang-barang Tiongkok menuju AS. Bila Dinas Perdagangan menerbitkan Sertifikat Keterangan Asal (SKA) sembarangan—seperti yang terjadi pada kasus benang filamen—ada risiko bahwa produk kita juga bisa terkena kebijakan anti-dumping atau safeguard,” ujar Redma kepada Kontan, Kamis (7/11).

Baca Juga: Hindari yang Ilegal, Ini 97 Pinjol Legal Resmi Terdaftar OJK November 2024

Namun demikian, APSyFI juga melihat adanya peluang yang dapat dimanfaatkan oleh industri tekstil Indonesia. Kebijakan proteksionis Trump yang ketat terhadap barang-barang dari Tiongkok, di satu sisi, berpotensi meningkatkan daya beli masyarakat AS karena fokusnya pada produk lokal.

"Dengan adanya peningkatan daya beli ini, kita memiliki peluang untuk memperbesar ekspor tekstil ke pasar AS," lanjut Redma.

Meskipun begitu, Redma menekankan pentingnya meningkatkan daya saing industri tekstil Indonesia. "Persaingan di pasar AS tetap tinggi. Negara-negara lain pun mengincar peluang ini, jadi kita harus fokus pada efisiensi biaya dan daya saing, terutama terkait struktur biaya seperti energi, gas, tenaga kerja, dan logistik," jelasnya. Menurutnya, upaya perbaikan dalam aspek-aspek tersebut menjadi kunci bagi Indonesia agar produk tekstilnya dapat bersaing secara efektif di pasar AS.

Selain itu, APSyFI juga mewaspadai kemungkinan banjirnya produk Tiongkok di pasar domestik Indonesia akibat hambatan perdagangan AS. "Barang-barang Tiongkok yang disumbat di AS bisa masuk ke Indonesia dengan volume lebih besar. Ini tentu tantangan tambahan bagi pelaku industri dalam negeri," ujar Redma. 

Secara keseluruhan, APSyFI menyarankan langkah adaptasi yang fokus pada peningkatan efisiensi operasional dan struktur biaya, serta kepatuhan terhadap regulasi internasional, guna menghadapi era baru kebijakan perdagangan yang mungkin diwarnai oleh kebijakan proteksionis yang lebih ketat di bawah kepemimpinan Trump.

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi Jadi 8%, Airlangga: Investasi Harus Tumbuh 10%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×