Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Wajah bisnis Farpoint Realty Indonesia belum banyak berubah untuk akhir tahun 2015 ini hingga tahun mendatang. Pasalnya, perusahaan masih akan mengembangkan tiga proyek andalan yakni gedung perkantoran Sequis Tower di Sudirman Jakarta Pusat, apartemen Verde Two di Kuningan, Jakarta Selatan dan mixed use The Hundred di Kuningan, Jakarta Selatan.
Yusup Halimi, Chief Executive Officer (CEO) Farpoint Realty Indonesia, mengatakan, pihaknya belum berencana menambah proyek anyar. Pasalnya, ketiga proyek tersebut sedang proses pengerjaan yang pembangunannya memakan waktu hingga tahun 2018.
"Kami akan fokus mengembangkan ketiga proyek tersebut," kata Yusup, Kamis (22/10).
Harapannya, ketiga proyek ini akan mendorong pertumbuhan bisnis Farpoint Realty Indonesia pada masa mendatang. Sedangkan, pertumbuhan bisnis cenderung melambatn pada tahun 2015 ini karena ekonomi sedang surut.
Sayangnya, Yusup enggan menyampaikan target pendapatan bisnis anak usaha Gunung Sewu Group karena belum menjadi go public.
Farpoint menilai, perlambatan ekonomi Indonesia hanya sementara sehingga kini menjadi bagian penting untuk mulai mendirikan properti, karena untuk tahun mendatang pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik. Prediksnya, ekonomi akan mulai naik memasuki kuartal II/2016.
Adapun, ketiga proyek tersebut adalah pertama, Sequis Tower sebuah gedung perkantoran dengan lahan seluas 14.178 meter persegi (m2) yang terdiri dari 36 lantai dan enam lantai dasar. Proyek ini menelan biaya investasi sekitar Rp 1 triliun-Rp 1,2 triliun. "Kami akan memasarkan gedung perkantoran ini pada kuartal I/2016," tambahnya.
Kedua, Verde Two sebauah apartemen yang berdiri di atas lahan seluas 10.000 m2 dengan kapasitas 182 unit kamar. Investasi pembangunan apartemen ini senilai Rp 1,5 triliun-Rp 1,8 triliun. Dan ketiga, The Hundred sebuah mix use yang terdiri dari apartemen, gedung perkantoran dan hotel dengan nilai investasi sebesar Rp 3 triliun-Rp 3,5 triliun.
Yusup menambahkan, selanjutnya, jika Farpoint ingin mengembangkan bisnis properti lagi di luar tiga proyek tersebut, maka perusahaan akan mengandalkan sumber permodalan dari dana usaha atau pinjaman kredit dari bank dibandingkan mencari modal melalui penawaran saham umum perdana atau initial public offering (IPO).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News