kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Farpoint Realty asyik mengolah Ibukota


Jumat, 13 Maret 2015 / 09:52 WIB
Farpoint Realty asyik mengolah Ibukota
ILUSTRASI. Manfaat cabai rawit untuk kesehatan tubuh.


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Tak ada yang menyangkal jika Jakarta adalah lahan menjanjikan untuk mengais rezeki. Tak heran jika Farpoint Realty Indonesia belum mau beranjak menggarap proyek properti di ibukota. Pilihan anak perusahaan Gunung Sewu Group itu adalah hunian jangkung alias high risk building.

Farpoint akan menggarap tiga proyek tahun ini. Pertama, gedung perkantoran Sequis Tower di Sudirman Central Business District (SCBD) Jakarta Selatan. Proyek seluas 14.178 meter persegi (m²) itu terdiri dari 36 lantai dan enam lamtai dasar. Proyek tersebut diperkirakan menelan biaya investasi Rp 1 triliun - Rp 1,2 triliun.

Sejatinya, Farpoint sudah memulai proyek itu sejak Desember 2013. Rencana perusahaan itu, Sequis Tower rampung di kuartal IV-2017.

Farpoint berencana menyewakan ruang perkantoran tersebut. "Selain menjual proyek residensial, kami juga inngin memiliki pandapatan berulang sehingga kami berencana untuk menyewakan proyek ini," ujar Chief Executive Officer Farpoint Realty Indonesia Jusup Halimi, Kamis (12/3).

Proyek kedua, apartemen Verde Two di Kuningan, Jakarta Selatan. Taksiran biaya investasi proyek ini adalah Rp 1,5 triliun - Rp 1,8 triliun. Farpoint menginginkan pembangunan apartemen itu kelar di kuaratl III-2017.

Rancangan Farpoint, Verde Two memiliki luasan 10.000 m² dan berisi 182 unit kamar. Ada dua tipe luasan unit yakni 150 m² dan 200 m². Perusahaan itu melego unit apartemen itu dengan rentang harga Rp 43 juta - Rp 45 juta per m².

Terakhir, ketiga, mixed use bernama The Hundred. Proyek terintegrasi ini akan berisi apartemen, gedung perkantoran dan hotel. Apartemen di proyek tersebut akan berisi 110 unit kamar.

Perusahaan tersebut berencana menggelar penjualan perdana pada April 2015 nanti. Namun, manajemen perusahaan itu belum mau menyebutkan harga jual yang akan ditawarkan nanti.

Dibandingkan dua dengan dua proyek sebelumnya, The Hundred menelan biaya investasi terbesar yakni Rp 3 triliun - Rp 3,5 triliun. Sumber pendanaannya dari investor, pemegang saham ada pinjaman dari perbankan.

Fairpoint baru menandai awal pembangunan alias ground breaking The Hundred pada Desember 2014. Target rampungnya adalah kuartal IV-2018.

Tambah landbank

Fairpoint tak berbagi informasi tentang target penjualan tahun ini. Namun, perusahaan itu menargetkan bisa menjual habis alias sold out proyek yang tengah digarap itu dalam dua tahun ke depan. Sebelum akhirnya terjual semua, manajemen perusahaan itu mengaku 20% unit tersisa bakal lebih susah terjual. "Karena biasanya the last 20% itu yang sulit dijual," kata Jusup.

Sambil melanjutkan tiga pekerjaan rumah yang belum selesai, Farpoint juga berencana menghadirkan proyek baru. Jenisnya masih hunian jangkung.

Namun dengan alasan masih dalam tahap perencanaan, perusahaan itu belum mau berbagi detail tentang proyek yang dimaksud. Manajemen Fairpoint hanya menyebutkan pilihan lokasi proyek itu ada di Jakarta Barat dan di Jakarta Selatan.

Selain menggarap proyek, pengembang proeprti seperti Fairpoint juga tak melewatkan rencana untuk menambah tabungan lahan alias landbank. Maklum, landbank adalah modal utama bagi perusahan yang bergerak di bidang properti. Untuk rencana ini, Fairpoint mulai terbuka untuk tak hanya mencari lokasi di Jakarta. Perusahaan itu juga berhasrat berburu lahan di luar ibukota.

Saat ini, Fairpoint masih memiliki koleksi landbank di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. "Landbank di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat ada yang 2 hektare (ha) dan ada juga yang 1,5 hektare," ujar Jusup.                              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×